1. Home
  2. Kulineran

Dari Gudang ke Tempat Ngopi Kalcer: Alasan Bangunan Tua Jadi Destinasi Nongkrong Estetik

Bangunan tua, yang dulu dianggap usang dan tak relevan, kini menjelma jadi tempat nongkrong paling dicari.

Kafe
Suasana di dalam Nerd Laboratory, Jl. Sukabumi No. 20, Gedung 11, Kota Bandung. (Soeat/Nday)

SOEAT - Di tengah hiruk-pikuk kota yang terus tumbuh vertikal, ada ruang-ruang lama yang justru makin bersinar. Bangunan tua, yang dulu dianggap usang dan tak relevan, kini menjelma jadi tempat nongkrong paling dicari.

Dari gudang kereta yang berdebu hingga kantor pos kolonial yang nyaris terlupakan, banyak di antaranya yang kini bertransformasi menjadi kafe estetik, galeri seni, hingga ruang kreatif yang memikat generasi muda. Bukan sekadar tempat ngopi, tapi juga simbol gaya hidup kalcer kekinian yang berakar pada budaya dan estetika.

Fenomena ini bukan kebetulan. Di berbagai kota besar seperti Bandung, Jakarta, dan Yogyakarta, revitalisasi bangunan tua menjadi strategi pelestarian yang berpadu dengan ekonomi kreatif.

Menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, urban heritage kini menjadi daya tarik wisata dan gaya hidup karena mampu menghadirkan pengalaman yang autentik dan berkesan. Contohnya, M Bloc Space di Jakarta Selatan.

Dulunya, M Bloc Space adalah perumahan dinas pegawai Peruri yang terbengkalai sejak awal 2000-an. Kini, berkat kolaborasi antara Perum Peruri dan PT Ruang Riang Milenial, tempat itu disulap menjadi creative hub yang dipenuhi kafe, toko musik, galeri, dan ruang komunitas.

Bangunan Heritage
Pos Bloc, dulunya merupakan Gedung Filateli Jakarta, yang sekarang menjadi tempat nongkrong dengan tenant kreatif, kuliner, dan ruang seni di Jakarta. (Google Bisnis/JohnTirta Channel)

Ada pula Pos Bloc Jakarta, yang berlokasi di kawasan Pasar Baru. Ini dulunya merupakan Gedung Filateli Jakarta, yang sekarang menjadi tempat nongkrong dengan tenant kreatif, kuliner, dan ruang seni.

Di Yogyakarta dan beberapa kota lain di Indonesia, fenomena ini juga terjadi. Sebut saja Kopi Klotok Kaliurang, yang menempati bangunan bergaya rumah Jawa kuno. Destinasi ini menyajikan suasana pedesaan dengan menu tradisional dan pemandangan Merapi.

Pun dengan Surabaya, Padang, dan Solo. Di Surabaya, ada House of Sampoerna, yang merupakan bangunan kolonial yang dulunya pabrik rokok. Kini, tempat ini "disulap" menjadi museum, galeri, dan kafe heritage.

Kawasan pecinan yang dipenuhi bangunan tua di Jalan Tepi Pasang, Padang, kini juga menjadi pusat kuliner dan tempat nongkrong anak muda. Juga bangunan era kolonial, Gedung Societet Militer, Solo, yang kini berubah fungsi menjadi venue seni dan pertunjukan, dan sering digunakan untuk event komunitas.

Nerd Laboratory, Hidup Kembali dari Pengepungan di Bukit Duri

Kafe
Fasad Nerd Laboratory dari depan, berlokasi di Jl. Sukabumi No. 20 Gedung 11, Kota Bandung. (Soeat/Nday)

Di Bandung, Nerd Laboratory hidup kembali dari lokasi yang dijadikan sebagai set syuting film Pengepungan di Bukit Duri, karya sutradara Joko Anwar. Awalnya, tempat itu adalah bekas gudang kereta.

Film Pengepungan di Bukit Duri menampilkan latar sekolah bernama SMA Duri, yang dalam cerita dulunya adalah bekas penjara. Untuk menciptakan atmosfer yang kuat dan visual yang autentik, tim produksi memilih Laswi Heritage di Bandung sebagai lokasi syuting, karena memiliki arsitektur vintage yang mendukung narasi distopia.

Lokasi tersebut juga menawarkan visual kuat yang tidak bisa ditemukan di sekolah modern. Selain itu, lokasi ini juga memberikan nuansa “terjebak sejarah” yang sesuai dengan tema film.

Setelah film rampung, bangunan ini tidak kembali ke fungsi lamanya. Sebaliknya, ia dihidupkan ulang sebagai Nerd Laboratory.

Dinding bata ekspos dan langit-langit tinggi tetap dipertahankan. Beberapa sudut masih menyimpan jejak set film, seperti lorong dan ruang kaca.

Atmosfernya menggabungkan estetika urban dan nuansa misterius. Dengan gaya industrial-retro dan sentuhan seni urban, tempat ini jadi magnet bagi anak muda yang mencari suasana estetik dan inspiratif, menjadi tempat nongkrong asyik.

Kafe
Beberapa menu andalan yang disajikan di Nerd Laboratory, Jl. Sukabumi No. 20, Gedung 11, Kota Bandung. (Soeat/Nday)

Terletak di Jl. Sukabumi No. 20, Gedung 11, kawasan Laswi Heritage, bekas gudang yang dulu tampak misterius, kini disulap menjadi ruang hangout yang artistik dan nyaman. Konsepnya mengusung gaya retro-industrial vintage, dengan sentuhan furnitur logam, dinding bata ekspos, dan pencahayaan hangat yang membuat setiap sudutnya layak difoto.

Marketing Nerd Laboratory, Salsabila Febrianti, menyebutkan bahwa bangunan yang kini dijadikan sebagai tempat nongkrong itu didirikan sejak 1920. Dia mengakui, tren alih fungsi bangunan tua menjadi tempat nongkrong kekinian, kita memang sedang menjadi tren di kalangan anak muda.

"Daripada terbengkalai, lebih baik dialihfungsikan menjadi ruang yang bermanfaat. Selama tidak mengubah bangunan aslinya," ujar Salsabila.

Dalam Nerd Laboratory, sebagian besar komponen bangunan dipertahankan. "Karena kita menginginkan tetap apa adanya. Catnya tetap natural, ruangan tetap dibiarkan seperti gudang. Paling yang diubah hanya konsep furniturnya, dengan gaya interior yang masuk di kalangan anak muda," tuturnya.

Dengan demikian, konsep kekinian tetap bisa berpadu mulus dengan nuansa jadul. Untuk pencahayaan, warm lighting dipilih agar menciptakan suasana yang lebih hangat.

Atmosfer di Nerd Laboratory merupakan daya tarik utama. Interior yang edgy dan artsy membuat pengunjung merasa seperti berada di studio kreatif, bukan sekadar kafe.

Musik yang diputar juga cenderung chill. Terkadang, diselingi live performance yang menambah hangat suasana.

Merayakan Sejarah dengan Cara Paling Relevan

Kafe
Space Roastery 1890 yang berlokasi di Jl. MT. Haryono No. 9, Suryodiningratan, Kota Yogyakarta, merupakan salah satu tempat nongkrong asyik di Yogyakarta, yang dulunya merupakan bangunan bersejarah Ndalem Pembayun, Yogyakarta. (Soeat/Nday)

Revitalisasi bangunan tua menjadi tempat nongkrong bukan hanya soal estetika. Akan tetapi, juga berbicara mengenai pelestarian sejarah lewat fungsi baru yang relevan.

Bangunan-bangunan ini menjelma sebagai ruang komunitas untuk anak muda dan pelaku kreatif. Hal ini juga membuktikan, wisata budaya bisa dinikmati sambil ngopi atau berkarya.

Sebuah artikel yang pernah dimuat Kompas Travel juga menyebutkan, revitalisasi bangunan tua juga membuka peluang bagi pelaku ekonomi kreatif. Desainer interior, barista, seniman, dan pengusaha lokal bisa berkolaborasi dalam satu ruangan yang memiliki karakter kuat.

Ini menjadikan bangunan heritage sebagai ekosistem kreatif yang hidup, bukan sekadar bangunan mati yang dipoles. Dengan demikian, pelestarian bangunan tua lewat fungsi baru seperti kafe dan galeri adalah bukti bahwa sejarah bisa dirayakan dengan cara yang relevan.

Bahkan, beberapa tempat yang telah disebutkan di atas, kini menjadi spot konten yang viral di media sosial tak hanya karena daya tarik visualnya, melainkan juga nilai historisnya.***