1. Home
  2. Kulineran

Burger Lokal vs Burger Franchise Internasional: Mana yang Lebih Digemari?

Yang satu menawarkan rasa yang membumi dan penuh kejutan, yang lain memberikan kenyamanan dan standar global. Pilihan ada di tangan konsumen.

Burger
Burger dan kentang goreng. (Pixabay/Chokoeff_l)

SOEAT - Burger bukan lagi sekadar makanan cepat saji. Ia telah menjelma menjadi simbol gaya hidup, identitas rasa, dan bahkan kebanggaan kuliner.

Di Indonesia, persaingan antara burger lokal dan franchise internasional semakin sengit. Burger lokal hadir dengan inovasi rasa dan harga yang bersahabat, sementara franchise internasional menawarkan konsistensi dan reputasi global.

Tapi di balik persaingan itu, ada cerita tentang selera, budaya, dan bagaimana masyarakat Indonesia memaknai burger dalam keseharian.

Burger Franchise Internasional: Konsistensi dan Daya Tarik Global

Burger
Burger dengan lelehan saus dan keju. (Pixabay/Camilatpb)

Franchise seperti McDonald’s, Burger King, dan Carl’s Jr telah lama mendominasi pasar burger dunia. Di Indonesia, kehadiran mereka membawa standar rasa yang konsisten dan pengalaman makan yang familiar.

Kelebihannya adalah brand recognition yang tinggi. Dengan mendengar namanya, konsumen langsung percaya karena sudah mengenal mereknya.

Selain itu, sistem operasional sudah teruji. SOP yang ketat menjamin kualitas dan pelayanan seragam.

Dukungan pemasaran pun besar. Kampanye iklan dan promosi yang masif menjangkau berbagai segmen.

Namun, franchise internasional juga punya tantangan. Harganya relatif lebih tinggi dibanding burger lokal. Selain itu, franchise ini kurang fleksibel dalam adaptasi rasa lokal, meski beberapa sudah mencoba menyesuaikan menu.

Burger Lokal: Kreativitas, Harga Bersahabat, dan Cita Rasa Nusantara

Burger lokal seperti BBQ Mountain Boys, Five Monkeys, Lawless Burgerbar, Flip Burger, Burger Bangor, dan Klenger Burger menawarkan sesuatu yang berbeda. Rasa yang ditawarkan lebih berani, harga yang lebih ramah, dan sentuhan lokal yang autentik.

Kelebihannya antara lain inovasi topping dan saus, serta dekat dengan selera lidah lokal. Kita bisa dengan mudah menemukan sentuhan lokal seperti sambal matah, telur asin, bahkan rendang yang bisa menjadi isi burger.

Harganya juga lebih terjangkau. Cocok untuk pelajar, mahasiswa, dan keluarga.

Burger lokal juga punya tantangan, antara lain brand yang belum sekuat franchise global, sehingga perlu usaha lebih dalam membangun kepercayaan. Skala operasionalnya juga lebih kecil, yang kadang membuat kualitas antar outlet tidak konsisten.

Mana yang Lebih Digemari?

Burger
Fish burger. (Pixabay/Rajdeepcraft)

Menurut tren kuliner urban, burger lokal semakin digemari oleh generasi muda, terutama Gen Z dan milenial yang mencari pengalaman rasa baru dan mendukung produk lokal. Burger franchise internasional tetap punya tempat di hati konsumen yang mengutamakan kenyamanan dan kecepatan.

Hal tersebut bisa terlihat antara lain dari beberapa studi kasus. Misalnya, Lawless Burgerbar yang dikenal dengan porsi besar dan nama menu yang unik seperti “The Lemmy”.

Sedangkan Burger Bangor, dikenal menjadi franchise lokal yang berkembang pesat sejak 2019. Mereka dikenal karena menawarkan burger dengan daging sapi Australia rendah lemak.

Sementara McDonald’s, tetap jadi pilihan utama untuk makan cepat dan praktis. Terutama di pusat perbelanjaan dan rest area.***