- Home
- Kulineran
Menjajal Samson dan Si Biang Kerok di Kopi Dartoyo 2.0 Bandung
Keduanya mencerminkan pendekatan Dartoyo terhadap kopi sebagai pengalaman multisensori yang jujur dan menyenangkan.
 
                SOEAT - Dari sekian banyaknya coffee shop di Kota Bandung, nama Kopi Dartoyo kerap muncul sebagai jawaban dari pertanyaan semacam "dimana tempat ngopi enak yang cozy?". Hal itu cukup beralasan, karena kami pun dapat menyimpulkan berbagai faktor yang melandasinya.
Nama yang nyeleneh untuk ukuran coffee shop sekaligus ringan dan ear catchy, suasana live roasting yang memanjakan mata dan hidung, ambience rumah lawas yang vintage dan homey, serta tak kalah penting, racikan kopi yang menyenangkan lidah dan ditambah lagi, harganya yang murah meriah. Ya, nominal uang yang harus dikeluarkan untuk menebus secangkir kopi di tempat ini begitu terjangkau, jika dibandingkan dengan kedai kopi fancy kebanyakan. Sungguh value for money, bukan?
Belum lama ini, Kopi Dartoyo membuka cabang barunya di Jln. Sumatera, Kota Bandung. Seperti kita ketahui, Kopi Dartoyo sebelumnya sudah membuka kedai pertamanya di Jln. Naripan pada Oktober 2024, yang juga sudah beberapa kali kami sambangi.
Fakta bahwa setiap melintasi Jln. Sumatera dan kedai kopi ini selalu ramai, membujuk kami untuk segera bertamu ke rumah baru versi 2.0 itu. Apa yang membuatnya sedemikian ramai?
Ada Samson dan Si Biang Kerok di Rumah Dartoyo

Secara umum, Kopi Dartoyo mengusung konsep pabrik kopi terbuka. Pengunjung bisa menyaksikan langsung proses sangrai biji kopi dari tiga mesin roasting yang aktif setiap hari. Oh iya, jika penasaran, nama Dartoyo diambil dari kakek sang pemilik.
Konsep live roasting bisa didapatkan di cabang utama Jln. Naripan, yang sekaligus merupakan pabrik kopi. Sedangkan di Jln. Sumatera, konsepnya lebih mengarah kepada "rumah kopi', dimana pengunjung bisa menikmati berbagai varian kopi dengan nyaman.
Saat kami sambangi pekan lalu, ada berbagai biji kopi yang disuguhkan dan merupakan hasil roasting langsung dari Pabrik Kopi Dartoyo, antara lain Halu Mekarwangi, Kamojang Wanoja, Damarkandang Argopuro, dan Gayo Takengon. Ada pula dua "sosok" yang paling diandalkan, yakni Samson dan Si Biang Kerok. Keduanya adalah dua varian house blend yang diracik dan disangrai langsung di tempat.
Samson menghadirkan karakter bold dan klasik untuk espresso dan kopi susu, sementara Si Biang Kerok menawarkan profil rasa eksperimental yang cocok untuk manual brew seperti V60 dan Kalita. Keduanya mencerminkan pendekatan Dartoyo terhadap kopi sebagai pengalaman multisensori yang jujur dan menyenangkan.

Sebelum memesan, barista akan terlebih dahulu menanyakan ingin profil rasa kopi yang seperti apa. Ia lalu akan menawarkan beberapa alternatif house blend, dengan karakteristik, cita rasa, hingga aftertaste yang dirasakan.
Karakteristik Samson adalah profil sangrainya yang medium to dark. Ia juga ber-body tebal, dengan rasa earthy dan sedikit smoky. Aftertaste-nya bersih dan tahan lama.
Samson dirancang untuk menghasilkan espresso yang kuat dan stabil. Biji kopi ini cocok untuk penggemar kopi klasik yang menginginkan rasa tegas dan konsisten.
Sementara Si Biang Kerok, memiliki profil sangrai light to medium, dengan body ringan hingga sedang. Cita rasanya fruity, floral, dan sedikit spicy. House blend yang satu ini cocok untuk eksplorasi rasa dan teknik seduh manual.
Nama “Si Biang Kerok” rupanya dipilih untuk mencerminkan karakter rasa yang suka bikin kejutan. Ia diracik untuk menghadirkan kompleksitas dan dinamika rasa.
Kopi Mewah Murah Meriah

Kami menyebutnya "mewah", karena proses penyeduhan kopi di Dartoyo terbilang lengkap, dari hulu hingga hilir. Tambah spesial, karena kehadiran mesin espresso manual legendaris bernama Victoria Arduino Athena Leva 3 Group, yang kerap digunakan oleh barista kelas dunia dan menjadi simbol komitmen terhadap kualitas.
Meski demikian, harga yang ditawarkan untuk secangkir kopi terbilang terjangkau. Bayangkan saja, secangkir espresso bisa didapatkan dengan harga Rp12.000. Harga tertinggi "hanya" Rp 23.000, untuk kopi susu Dartoyo dan manual brew. Tambahan Rp5.000 dikenakan untuk penambahan oatmilk, ristretto, dan extra shot.
Menu kopinya tak njelimet. Setidaknya, ada dua menu kopi susu yang bisa didapatkan, sekaligus paling banyak dicari. Kopi susu klasik yang menggunakan varian Samson, cocok untuk penikmat kopi yang menyukai rasa tegas dan klasik.
Teksturnya lebih pekat, dengan body yang tebal. Menu seharga Rp20.000 ini juga cocok untuk pengunjung yang terbiasa dengan kopi hitam atau kopi tubruk, dan ingin versi kopi susu yang tetap kuat.
Sementara kopi susu Dartoyo, menggunakan racikan khusus yang bisa jadi merupakan campuran Samson dan Si Biang Kerok, atau blend lain yang lebih creamy. Karakter rasanya lebih ringan, creamy, dan seimbang antara kopi dan susu. Tidak terlalu pahit, cocok untuk pemula atau penikmat kopi susu modern.
Karena lebih halus dan lembut di lidah, menu ini cocok untuk kita yang mencari comfort drink, atau ingin menikmati kopi tanpa rasa yang terlalu intens.
Antri Sejak Buka di Pagi Hari

Menempati bangunan vintage bekas restoran chinese food bernama Suck My Duck, tak terlalu banyak perubahan dilakukan pada interior Kopi Dartoyo versi terbaru ini. Nuansanya tetap old dan vintage dengan langit-langit tinggi dan jendela besar, serta ruangan utama yang lowong dilengkapi dengan beberapa ruangan lebih kecil di sayap kiri.
Barista Kopi Dartoyo, Fauzi Ghani, menyebutkan bahwa sejak Kopi Dartoyo buka pukul 06.00 WIB, maka sejak itu pula para pengunjung datang dan mengantri. Belum lagi, antrian dari pengemudi ojek online.
"Sejak pukul enam pagi sudah berdatangan (pengunjung), kebanyakan tamu yang take away sebelum ngantor, orang tua yang mampir setelah selesai mengantar anak sekolah, atau pengunjung yang beres berolahraga," tutur Fauzi.
Meski memiliki lahan parkir yang cukup, akan tetapi banyak pula pengunjung yang membawa kendaraan dan merasakan kesulitan parkir. Sedikit saran, pengunjung bisa menyambangi Kopi Dartoyo di Jln. Sumatera dengan menggunakan transportasi publik.
Karena letaknya yang strategis, lokasi Kopi Dartoyo 2.0 juga dilewati oleh beberapa angkutan kota seperti Cicaheum-Cibaduyut (warna hijau), Kalapa-Dago (biru), dan Abdul Muis-St. Hall (kuning).***
 
         
         
         
         
         
        -thumb.jpg) 
        -thumb.jpg) 
         
         
        