1. Home
  2. Kulineran

Sejarah Asli Cendol, Mengungkap Asal-Usul Minuman Legendaris Ini

Minuman ini tidak hanya populer di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.

Es cendol.
Es cendol memang mengandung bahan-bahan alami seperti tepung beras, daun pandan, dan santan, tetapi kandungan gula yang tinggi bisa menjadi perhatian bagi kita yang ingin menjaga pola makan sehat. (Wikimedia Commons/Gunawan Kartapranata)

SOEAT - Siapa yang tidak kenal cendol? Rasanya yang manis dan gurih, serta teksturnya yang kenyal, membuat cendol selalu menjadi pilihan favorit, terutama saat cuaca panas.

Dari sudut pandang sejarah, cendol memiliki sejarah panjang yang menarik. Minuman ini tidak hanya populer di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand.

Bahkan, dalam beberapa literatur sejarah, cendol disebut-sebut telah ada sejak zaman Hindia Belanda dan tercatat dalam berbagai buku resep klasik. Bagaimana asal usul cendol hingga minuman ini berkembang dari masa ke masa, serta bagaimana ia tetap bertahan sebagai salah satu minuman legendaris yang dicintai banyak orang? Temukan jawabannya di sini.

Es cendol.
Penjaja es cendol di Singapura. (Wikimedia Commons/Jan)

Asal-Usul Cendol: Dari Jawa ke Asia Tenggara

Cendol dipercaya berasal dari Jawa, dengan bukti sejarah yang menunjukkan bahwa minuman ini telah ada sejak abad ke-19. Dalam buku resep Belanda Oost-Indisch Kookboek yang diterbitkan pada tahun 1866, terdapat resep berjudul Tjendol of Dawet, yang menunjukkan bahwa istilah "cendol" dan "dawet" digunakan secara bergantian pada masa itu.

Selain itu, dalam kamus Supplement op het Maleisch-Nederduitsch Woordenboek tahun 1869, cendol digambarkan sebagai minuman atau pasta encer yang terbuat dari sagu, santan, gula, dan garam.

Setelah Indonesia merdeka, popularitas cendol semakin meluas. Minuman ini menyebar ke berbagai daerah di Nusantara dengan nama yang berbeda-beda.

Di Jawa Barat, dikenal sebagai cendol, namun di Jawa Tengah, lebih populer dengan nama dawet.

Di Sumatera Barat, ia disebut cindua. Sedangkan di negara lain seperti Malaysia dan Singapura, tetap dikenal sebagai cendol, meskipun sering kali disajikan dengan tambahan kacang merah atau jagung manis.

Cendol.
Penampakan cendol di Penang, Malaysia. (Wikimedia Commons/Cheryl Garnet)

Filosofi Nama Cendol

Masyarakat Indonesia memiliki keyakinan bahwa kata “cendol” berasal dari kata “jendol”, yang berarti benjol atau tonjolan. Hal ini merujuk pada sensasi ketika menikmati bulir-bulir cendol yang terasa kenyal di lidah.

Selain itu, dalam beberapa daerah, cendol juga memiliki makna simbolis. Di Jawa, misalnya, dawet sering digunakan dalam upacara pernikahan adat, sebagai simbol kelancaran rezeki dan kebahagiaan bagi pasangan pengantin.

Bahan dan Cara Pembuatan Cendol

Cendol dibuat dari tepung beras yang diberi pewarna hijau alami dari daun pandan atau daun suji. Pewarna alami ini tidak hanya memberikan warna hijau khas, tetapi juga aroma yang harum.

Untuk membuatnya, tepung beras dicampur dengan air dan daun pandan, lalu dimasak hingga mengental. Adonan kemudian dicetak menggunakan saringan berlubang besar, sehingga membentuk bulir-bulir kecil yang kenyal.

Setelah itu, cendol disajikan dengan santan segar dan sirup gula merah, serta tambahan es serut untuk kesegaran maksimal.***