- Home
- Nusarasa
Sekoteng: Kisah di Balik Minuman Hangat Legendaris dari Jawa hingga Tiongkok
Selami sejarah Sekoteng, minuman jahe hangat khas Jawa Tengah yang ternyata berakar dari Tiongkok. Pahami filosofi kehangatan & kebersamaan di baliknya.

SOEAT - Siapa sih yang tak kenal Sekoteng? Minuman hangat ini seolah sudah menjadi sahabat setia kala malam dingin menyapa, apalagi saat hujan deras atau cuaca kurang bersahabat. Tahukah Anda bahwa di balik kesederhanaan semangkuk sekoteng yang menghangatkan, tersimpan cerita panjang dan warisan budaya yang menarik untuk diselami? Mari kita telusuri lebih dalam.
Apa Itu Sekoteng?
Sekoteng adalah minuman tradisional khas Jawa Tengah yang terbuat dari air jahe hangat dengan aneka isian yang beragam. Biasanya disajikan panas, minuman ini menjadi pilihan favorit untuk menghangatkan tubuh di malam hari. Keistimewaan sekoteng terletak pada perpaduan isiannya, seperti kacang hijau, kacang tanah sangrai, pacar cina (sagu mutiara), dan potongan roti tawar.
Menariknya, bagi masyarakat Jawa, nama "sekoteng" memiliki makna unik. Konon, kata ini merupakan singkatan dari frasa "nyokot weteng" yang berarti "menggigit perut". Istilah ini merujuk pada sensasi pedas dan hangat dari jahe yang terasa 'menggigit' di perut saat meminumnya, memberikan efek kehangatan yang langsung terasa.
Asal-Usul yang Mengejutkan: Dari Tiongkok ke Nusantara
Plot twist-nya adalah, sekoteng yang kita nikmati saat ini ternyata bukan asli Indonesia. Minuman ini memiliki akar dari Tiongkok, dikenal dengan nama "su ko thung" atau "si gou tang" dalam bahasa Hokkian, yang berarti "sup empat buah".
Di negeri asalnya, su ko thung secara tradisional terdiri dari empat jenis buah kering: kacang amandel, biji jali, lengkeng, dan biji teratai. Minuman ini telah dikonsumsi sejak masa Dinasti Qin, sekitar tahun 221 sebelum Masehi. Diceritakan, Kaisar Qin Shi Huang merasakan perbaikan kesehatan, kelancaran pencernaan, dan kehangatan tubuh setelah rutin mengonsumsi su ko thung.
Minuman tradisional Tiongkok ini kemudian dibawa oleh para pedagang dan imigran Tionghoa ke Nusantara. Karena pelafalan "su ko thung" yang cukup sulit bagi lidah lokal, namanya berevolusi menjadi "sekoteng." Lebih dari sekadar perubahan nama, resepnya juga mengalami adaptasi signifikan, disesuaikan dengan bahan-bahan lokal yang lebih mudah ditemukan di Indonesia.
Filosofi di Balik Semangkuk Sekoteng
Sekoteng bukan sekadar minuman penghangat; ia juga kaya akan filosofi Jawa. Minuman ini melambangkan kehangatan, kebersamaan, dan kearifan lokal dalam mengolah bahan-bahan sederhana menjadi sajian yang bermakna.
Proses pembuatannya sendiri mencerminkan filosofi hidup: kesabaran dalam merebus bahan, ketelitian dalam memilih isian, dan semangat berbagi kehangatan dengan sesama. Tak heran, sekoteng kerap menjadi pilihan minuman saat berkumpul keluarga atau momen santai bersama teman di malam hari.
Secara tak langsung, sekoteng adalah representasi indah dari akulturasi budaya antara Nusantara dan Tiongkok. Ini menunjukkan bagaimana Indonesia, sebagai 'melting pot' budaya, mampu mengadaptasi dan memodifikasi berbagai pengaruh luar menjadi sesuatu yang khas dan autentik.
Posisi Sekoteng dalam Budaya Kuliner Bandung dan Indonesia
Sekoteng di Kota Kembang
Bandung, dengan udaranya yang sejuk dan malamnya yang sering dingin, menjadi salah satu kota paling ideal untuk menikmati sekoteng. Di sini, sekoteng bahkan memiliki sebutan khusus: "sakoteng." Wisata kuliner malam Bandung pun terasa kurang lengkap tanpa kehadiran gerobak-gerobak sekoteng yang berkeliling di sudut-sudut kota.
Beberapa tempat legendaris di Bandung yang terkenal dengan sakotengnya antara lain:
Sakoteng Panas Mang Oyan di Jalan A.H. Nasution Nomor 184, Ujung Berung (buka setiap hari, 17.00-00.00 WIB).
Sekoteng Jahe Roni di Jalan Cibadak Nomor 150, Astanaanyar, dikenal dengan rasa jahenya yang kuat dan khas.
Sekoteng Raja di Jalan Burangrang, Lengkong, menawarkan pengalaman menikmati sekoteng di tempat yang nyaman.
Sekoteng Sari Jahe di Jalan Homan RT. 8, Cikawao, Lengkong (buka setiap hari, 17.00-00.00 WIB).
Sekoteng Bangkok di Jalan Gatot Subroto No. 51, Malabar (beroperasi sejak 2016, 17.00-00.00 WIB). Sekoteng Bangkok unik karena tidak hanya menyajikan kuah jahe, tetapi juga menawarkan pilihan air pandan dan bahkan versi dingin dengan es batu.
Yang menarik dari sekoteng Bandung adalah variasinya yang lebih beragam. Selain versi panas tradisional, di Bandung juga berkembang es sekoteng sebagai alternatif minuman segar. Es Sekoteng Bungsu 29, misalnya, telah menjadi legenda di kalangan pecinta kuliner Bandung karena konsistensinya selama puluhan tahun. Ada juga Es Sekoteng Pa Oyen Taman Pramuka yang menyajikan es sekoteng dengan isian sekoteng, kelapa muda, nangka, dan alpukat, serta Es Oyen Taman Holis yang menawarkan beragam minuman dingin termasuk es sekoteng campur.
Sekoteng dalam Peta Kuliner Nusantara
Sekoteng memegang posisi yang cukup strategis dalam dunia kuliner Indonesia. Minuman ini dapat ditemukan hampir di seluruh Jawa, bahkan merambah ke daerah lain seperti Betawi, Banjar, dan Medan. Setiap daerah memiliki karakteristik sekotengnya masing-masing.
Sekoteng Medan, misalnya, punya keunikan tersendiri karena lebih mirip dengan su ko thung asli Tiongkok. Isiannya lebih lengkap dengan kelengkeng, anggur kismis, angco, berbagai jamur, jeruk kietna, cincau, jali-jali, agar-agar, dan pepaya muda. Yang paling berbeda, sekoteng Medan justru sering disajikan dingin sebagai minuman penyegar.
Di Jakarta dan sekitarnya, sekoteng Betawi punya ciri khas tersendiri dengan kuah yang lebih kental dan manis. Sementara di Jawa Tengah, sebagai daerah asal, sekoteng tetap mempertahankan cita rasa tradisionalnya dengan dominasi rasa jahe yang kuat.***