1. Home
  2. Kulineran

Pengusaha Kuliner Keluhkan Biaya Operasional Tinggi dan Kekacauan Saat Peak Hour, Soeat Jadi Solusi

Soeat memungkinkan pelanggan melakukan pemesanan mandiri (self-ordering) melalui pemindaian QR Code di meja atau di berbagai titik di restoran atau kafe.

Menggunakan solusi digital memungkinkan pengusaha kuliner mengurangi kebutuhan tenaga front-of-house berlebih sehingga bisa menekan anggaran setiap bulannya.
Dengan Soeat, proses pemesanan menu di restoran atau kafe jadi lebih praktis, interaktif, dan menghadirkan pengalaman baru bagi konsumen.

SOEAT  - Pemilik restoran sering merasa terjebak di antara tuntutan pasar dan realitas biaya operasional. Dua tantangan terbesar yang terus menghantui adalah tingginya biaya operasional dan kesulitan melayani konsumen secara maksimal saat peak hour.

Rata-rata upah staf front-of-house di kota besar seperti Jakarta atau Bandung berkisar antara Rp3.000.000 hingga Rp4.800.000. Gaji staf merupakan salah satu komponen biaya terbesar. Meski ingin memberi pelayanan terbaik, merekrut dan mempertahankan staf berkualitas dalam jumlah cukup, terutama untuk mengantisipasi lonjakan pelanggan, sangat menguras kas.

Pengusaha kerap harus membayar lembur tinggi atau, yang lebih buruk, menanggung biaya operasional dengan staf yang terbatas.

Dampaknya paling terasa saat peak hour, misalnya jam makan siang. Restoran mendadak ramai tetapi staf yang ada kewalahan. Dalam studi kasus di lingkungan perkotaan, lonjakan pesanan bisa mencapai 40%-50% pada jam sibuk.

Soeat, sebuah platform teknologi kuliner terintegrasi, hadir menawarkan pengalaman baru dalam memesan makanan, mengubah kendala menjadi kenyamanan serba praktis.
Konsumen kerap kebingungan memilih menu saat dine-in di restoran atau kafe. Terlebih, jika menu disajikan dalam buku tebal atau file PDF dengan ukuran file hingga puluhan MB.

Saat itu, situasi yang terjadi adalah pelanggan kesulitan mencari meja kosong, pemesanan dicatat secara tergesa-gesa oleh waitress, pesanan sering salah, dan waktu tunggu makanan menjadi sangat lama. Pelanggan kecewa, dan restoran kehilangan potensi repeat order.

Sejumlah pengusaha kuliner mencoba mengatasinya dengan menambah jumlah waitress hanya untuk peak hour, tetapi biaya upahnya tidak sebanding dengan peningkatan pendapatan pada jam-jam sepi. Akhirnya, pengusaha terpaksa memilih antara membiarkan kualitas layanan menurun saat ramai atau menanggung biaya tenaga kerja yang tidak efisien di luar jam sibuk.

Soeat, Cara Berhemat dengan Manajemen Dine-in Digital

Rasa frustrasi ini kini menemukan jawaban dengan hadirnya Soeat, platform digital web-based terintegrasi yang berfokus pada kemudahan manajemen pemesanan dine-in. Soeat mengubah paradigma operasional dengan menjadikan teknologi sebagai pengganti sebagian besar tugas manual front-of-house.

Soeat memungkinkan pelanggan melakukan pemesanan mandiri (self-ordering) melalui pemindaian QR Code di meja atau di berbagai titik di restoran/kafe. Seluruh proses, mulai dari melihat menu interaktif hingga pembayaran, dilakukan oleh pelanggan sendiri. Hal ini secara langsung mengurangi kebutuhan pengusaha akan staf tambahan hanya untuk mencatat pesanan, mencari meja, dan memproses pembayaran, terutama saat lonjakan tamu.

Soeat tidak hanya menyelesaikan masalah operasional, tetapi juga memperkuat koneksi restoran dengan pelanggan melalui data yang terkumpul.
Dengan Soeat, memesan menu jadi mudah. Kita hanya perlu memindai QR Code yang tersedia di meja atau di berbagai titik di restoran atau kafe menggunakan smartphone.

Soeat membantu restoran dan kafe melakukan penghematan dan efisiensi biaya operasional melalui integrasi teknologi. Dengan mengoptimalkan produktivitas staf yang ada, pengusaha tidak perlu lagi terbebani anggaran upah yang tinggi untuk sekadar mengimbangi peak hour. Staf yang ada bisa difokuskan pada pelayanan yang lebih penting, seperti memastikan makanan tersaji dengan baik dan menjaga kebersihan.

Menggunakan solusi digital memungkinkan pengusaha kuliner mengurangi kebutuhan tenaga front-of-house berlebih sehingga bisa menekan anggaran setiap bulannya. Meski demikian, solusi ini bukan tentang memecat, tetapi tentang mengatur sumber daya manusia yang ada untuk tugas lain secara lebih cerdas.

“Soeat hadir sebagai solusi teknologi kuliner yang menciptakan ekosistem efisien, berkelanjutan, dan inklusif. Dengan Soeat, pengusaha bisa mendorong praktik bisnis berkelanjutan dengan beradaptasi pada teknologi, memastikan kualitas layanan yang stabil, dan akhirnya, menjaga profit restoran tanpa harus mengorbankan kepuasan pelanggan saat ramai,” ujar Risky Akbar, Kepala Pengembangan Produk Soeat.***