- Home
- Kulineran
Soeat, Platform Solusi Bisnis Kuliner Masa Depan
Soeat jadi jembatan bagi pebisnis kuliner menuju tiga pilar kesuksesan di masa depan yaitu data-driven mastery, koneksi denganpelanggan, bisnis berkelanjutan.

SOEAT - Di tengah ekspansi pasar yang diproyeksikan mencapai nilai global sampai 856,9 miliar dolar tahun 2025, para pengusaha kuliner bergulat dengan tantangan struktural yang semakin kompleks. Supaya bisa bertahan dan berkembang di tengah persaingan dan disrupsi teknologi, transformasi digital menjadi keharusan, bukan lagi pilihan.
Masa depan bisnis kuliner terletak pada adopsi platform digital web-based yang terintegrasi. Sistem holistik ini, yang mencakup manajemen operasional, pengelolaan data pelanggan, hingga rantai pasok. Semuanya merupakan fondasi strategis demi mendorong bisnis yang berkelanjutan.
Empat Kendala yang Sering Dialami Pebisnis Kuliner
Laporan industri terbaru dan dinamika pasar kuliner 2024–2025 menunjukkan bahwa keberlanjutan bisnis kuliner terbentur empat masalah utama yaitu
Biaya Operasional dan Food Waste Terus Melambung
Blind Decision Akibat Minimnya Pengelolaan Data Konsumen
Membangun Ketahanan Bisnis di Tengah Disrupsi Teknologi
Stagnasi Inovasi Pengalaman Makan (Dining Experience)
Biaya operasional yang tinggi menjadi monster bagi pelaku usaha kuliner. Terdapat tekanan ganda yang dihadapi pengusaha yaitu tekanan eksternal berupa fluktuasi harga bahan baku, kenaikan tarif utilitas seperti listrik dan gas. Tekanan ini secara langsung meningkatkan Harga Pokok Penjualan (HPP). Di sisi internal, inefisiensi dapur, pengelolaan sumber daya yang tidak optimal, dan tingginya biaya tenaga kerja menjadi beban tambahan.
Masalah ini diperparah oleh isu food waste. Indonesia menghadapi kerugian ekonomi yang masif, mencapai lebih dari Rp330 triliun akibat pemborosan makanan. Manajemen dapur yang serampangan menyebabkan persentase waste acap jauh di atas target ideal yang seharusnya 3 persen dari total pembelian bahan baku. Ketidakmampuan mengontrol HPP dan waste secara real-time mengakibatkan margin profit tergerus parah. Hal ini merupakan penghalang utama pertumbuhan bisnis.
Meski industri kuliner sekarang sangat menekankan personalisasi pengalaman pelanggan, sebagian besar pelaku usahanya belum punya sistem manajemen data yang formal. Data mentah yang terkumpul dari transaksi harian, ulasan, atau aktivitas digital listening di media sosial, sering tidak diolah menjadi wawasan strategis yang actionable.
Tidak adanya akses ke laporan terkini dan dasbor real-time juga menghambat manajemen dalam membuat keputusan yang cepat dan strategis. Tanpa analisis terpusat, pengusaha gagal mengidentifikasi tren. Misalnya, pergeseran minat konsumen ke produk berbasis nabati (plant-based) atau makanan fungsional.
Keputusan bisnis yang didasarkan pada spekulasi, bukan data, sangat rentan dan menghambat pengembangan produk yang efisien dan menarik.
Jangan lupa juga bahwa disrupsi di industri kuliner bukanlah ancaman yang berasal dari teknologi itu sendiri, melainkan dari munculnya model bisnis inovatif, seperti layanan pengiriman makanan berbasis aplikasi daring.
Ketahanan bisnis (resilience) didefinisikan oleh kemampuan adaptasi digital. Restoran dan kafe yang hanya mengandalkan model bisnis fisik tradisional akan menjadi korban disrupsi. Sebaliknya, pelaku usaha yang menerapkan digitalisasi proses dan pemasaran digital terbukti lebih adaptif, cepat pulih saat menghadapi krisis, dan bisa mempertahankan keberlanjutan operasional.
Di sisi lain, penikmat kuliner terbagi dua antara meraka yang ingin kenyamanan dengan mereka yang ingin pengalaman makan yang unik. Konsumen modern, terutama generasi muda, menuntut pengalaman yang tidak hanya lezat tetapi juga kaya estetika visual dan suasana menyenangkan.
Restoran dan kafe yang gagal berinovasi dalam pengalaman bersantap berisiko kehilangan konsumen. Mereka hanya bersaing soal harga. Inovasi seperti Interactive Dining Experiences, misalnya meja BBQ, dapur terbuka, atau demo memasak jadi kunci diferensiasi yang meningkatkan keterlibatan dan nilai tambah bagi pelanggan.
Restoran dan kafe harus menawarkan pengalaman yang holistik dan unik untuk membangun reputasi kuat dan menjadi pilihan utama di pasar yang kompetitif.
Masa Depan Bisnis Kuliner: Platform Web-based Terintegrasi
Solusi terhadap kendala tersebut adalah dengan mengadopsi platform teknologi kuliner yang bersifat web-based dan terintegrasi. Platform ini melampaui fungsi kasir digital sederhana. Ia menyatukan Point of Sales (POS) dengan Enterprise Resource Planning (ERP) dan Customer Relationship Management (CRM) dalam satu ekosistem berbasis cloud. Saat ini, ERP dan CRM tengah dalam pengembangan lebih lanjut.
Integrasi menyeluruh ini krusial karena memastikan data mengalir secara mulus dari manajemen inventaris, dapur, hingga transaksi penjualan. Dengan akses penuh terhadap seluruh proses bisnis, manajemen bisa mengambil keputusan cepat dan akurat, mengurangi human error, dan mengoptimalkan operasional secara keseluruhan.
Platform terintegrasi merupakan alat vital untuk mengontrol HPP. Dengan fitur manajemen inventaris otomatis, sistem dapat melacak bahan baku secara ketat, menerapkan metode First Expired, First Out (FEFO), bahkan melakukan Material Requirements Planning (MRP) untuk memprediksi kebutuhan bahan. Kemampuan prediksi ini membantu menghindari stok berlebih atau kekurangan, yang merupakan penyebab utama food waste.
Sementara di dapur, Kitchen Display System (KDS) dapat meningkatkan efisiensi proses operasional, memangkas waktu tunggu, dan pada gilirannya, mengurangi biaya tenaga kerja.
Menjawab tantangan ini, hadir Soeat yang dirancang khusus untuk industri kuliner. Soeat menawarkan solusi menyeluruh dari sistem manajemen restoran seperti POS web-based yang super efisien, media dan aktivitas kuliner yang memperkuat koneksi dengan pelanggan, serta CRM AI-based yang sedang dikembangkan.
“Soeat bukan sekadar alat bantu, tapi mitra strategis bagi pelaku bisnis kuliner. Kami ingin menciptakan ekosistem kuliner yang efisien, berkelanjutan, dan inklusif.” kata Risky Akbar, Kepala Pengembangan Produk Soeat.
Menurut dia, dengan teknologi berbasis data, Soeat membantu pengusaha kuliner menghemat biaya operasional melalui otomatisasi dan integrasi sistem. Fitur-fiturnya memungkinkan pengusaha memahami perilaku pelanggan, menciptakan promo yang lebih tepat sasaran, dan meningkatkan retensi.
“Bukan cuma itu, Soeat menghadirkan media kuliner dan event yang memperluas jangkauan jenama restoran. Kami percaya bahwa kuliner bukan hanya soal makanan, tapi juga pengalaman dan koneksi,” tuturnya.
Dia menjelaskan, Soeat hadir sebagai jembatan menuju bisnis kuliner yang lebih tangguh dan relevan dengan zaman. Dengan pendekatan teknologi yang cerdas, Soeat membantu pelaku usaha kuliner naik level, lebih efisien, lebih dekat dengan pelanggan, dan lebih siap menghadapi masa depan.
Tiga Pilar Solusi Digital untuk Bisnis Kuliner Berkelanjutan
Soeat berfungsi sebagai jembatan strategis yang memungkinkan bisnis kuliner bergerak menuju tiga pilar kesuksesan di masa depan. Ketiganya yaitu
Data-driven mastery
Koneksi pelanggan yang kuat
Bisnis yang berkelanjutan
Soeat mengubah data mentah yang dikumpulkan dari berbagai sumber menjadi wawasan yang bermakna. Dasbor real-time memungkinkan pengusaha memantau kinerja seluruh cabang 24/7, mengakses laporan penjualan, dan riwayat transaksi kapan pun.
Dengan menganalisis data ini, sistem mengidentifikasi pola konsumen, waktu kunjungan terpopuler, dan selera yang belum terpenuhi. Kemampuan analitik ini jadi fondasi data science dalam bisnis kuliner. Ujungnya, pengusaha bisa mengembangkan produk yang lebih sesuai dengan permintaan pasar. Manajemen dapat merespons isu dan tren secara real-time, memastikan keputusan yang diambil didukung bukti kuantitatif.
Soeat menyediakan cara baru pemesanan makanan yang dirancang untuk meningkatkan pengalaman bersantap dan membangun loyalitas. Fitur seperti menu digital interaktif dan sistem reservasi yang mudah dikelola memberi kenyamanan maksimal. Pelanggan bisa langsung duduk, memindai kode, mengakses menu digital, dan melakukan pembayaran. Semua itu tidak hanya memangkas antrean tetapi juga menciptakan pengalaman pesan yang memuaskan.
Di luar layanan dine-in, Soeat memfasilitasi manajemen promosi, diskon, dan program loyalitas. Selain itu, karena terintegrasi dengan media sosial seperti Google My Business dan Instagram, restoran/kafe bisa membangun komunitas, berinteraksi langsung dengan pelanggan, dan membuat konten apik. Hal ini adalah faktor kunci dalam pemasaran word-of-mouth yang hemat biaya.
Sementara itu, prinsip keberlanjutan semakin menjadi fokus. Soeat menyediakan alat untuk mengimplementasikan ekonomi sirkular, terutama melalui pelacakan food waste.
Studi kasus global menunjukkan bahwa restoran dan kafe yang menggunakan aplikasi digital untuk mengukur kualitas dan berat bahan baku berhasil mengurangi limbah hingga 30-50 persen.
Pengurangan food waste secara langsung mengurangi kerugian finansial, meningkatkan profit, dan membantu usaha memenuhi tanggung jawab lingkungan. Penerapan prinsip ekonomi sirkular yang didukung digitalisasi juga meningkatkan daya saing dan menarik minat investor yang semakin condong ke bisnis berkelanjutan (green business).***