1. Home
  2. Kulineran

Mitos dan Fakta Seblak yang Sebaiknya Kita Ketahui

Beberapa mitos ini sering kali dipercaya tanpa dasar yang jelas, sementara fakta sebenarnya justru memberikan perspektif yang lebih akurat.

Kantin Seblak Nenek.
Aneka topping di Kantin Seblak Nenek. (Google Bisnis)

SOEAT - Bahwasanya seblak kini menjadi salah satu kuliner yang populer, hal itu tentu sulit didebat. Akan tetapi, di balik kepopulerannya, banyak mitos yang berkembang mengenai seblak.

Mulai dari asal-usulnya, hingga dampaknya bagi kesehatan. Beberapa mitos ini sering kali dipercaya tanpa dasar yang jelas, sementara fakta sebenarnya justru memberikan perspektif yang lebih akurat.

Lalu, apa saja mitos dan fakta tentang seblak yang perlu kita ketahui? Mari kita bahas satu per satu.

Mitos: Seblak berasal dari Bandung

Seblak memang dikenal sebagai kuliner khas Bandung. Tapi ternyata, makanan serupa sudah ada sejak lama di beberapa daerah lain.

Menurut penelitian, sebelum istilah "seblak" populer, di Garut dan Cianjur Selatan sudah ada hidangan serupa yang disebut kerupuk leor, yang memiliki tekstur lembek seperti seblak. Selain itu, di Sumpiuh, Jawa Tengah, terdapat makanan bernama kerupuk godog, yang mirip dengan seblak tetapi tidak menggunakan kencur dalam bumbunya.

Fakta: Seblak berakar dari kuliner tradisional Jawa Barat

Meskipun ada makanan serupa di daerah lain, seblak tetap memiliki ciri khas tersendiri. Terutama, karena penggunaan kencur yang memberikan aroma dan rasa unik. Seblak mulai dikenal luas di Bandung sekitar tahun 2000-an dan berkembang menjadi tren kuliner nasional.

Mitos: Seblak tidak sehat karena mengandung banyak minyak

Seblak sering kali dianggap sebagai makanan yang tidak sehat karena penggunaan minyak dalam proses memasaknya. Banyak orang beranggapan bahwa seblak dapat menyebabkan gangguan pencernaan atau meningkatkan kadar kolesterol.

Fakta: Seblak bisa sehat jika dimodifikasi dengan bahan yang tepat

Seblak memang bisa mengandung banyak minyak jika dimasak dengan cara yang kurang sehat. Namun, ada banyak cara untuk membuat seblak lebih sehat, seperti mengurangi penggunaan minyak, mengganti kerupuk dengan bahan rendah kalori seperti mi shirataki, serta menambahkan sayuran dan protein berkualitas.

Dengan sedikit modifikasi, seblak tetap bisa menjadi pilihan makanan yang lezat dan bergizi.

Mitos: Seblak hanya bisa dinikmati dengan kuah pedas

Seblak identik dengan kuah pedas yang menggugah selera, tetapi apakah benar seblak hanya bisa dinikmati dalam bentuk berkuah?

Fakta: Ada seblak kering yang tidak berkuah

Seblak tidak hanya tersedia dalam bentuk berkuah. Ada juga seblak kering, yang terdiri dari kerupuk yang digoreng dengan bumbu pedas khas seblak.

Seblak kering lebih praktis dan bisa dijadikan camilan, berbeda dengan seblak basah yang lebih cocok sebagai hidangan utama.

Mitos: Seblak hanya populer di kalangan anak muda

Seblak sering kali dikaitkan dengan generasi muda yang menyukai makanan pedas dan tren kuliner viral. Banyak yang beranggapan bahwa seblak hanya diminati oleh anak muda dan kurang populer di kalangan orang dewasa.

Fakta: Seblak digemari oleh berbagai kalangan

Meskipun awalnya populer di kalangan anak muda, seblak kini telah menjadi makanan favorit bagi berbagai usia. Banyak restoran dan warung makan yang menawarkan seblak dengan variasi rasa yang lebih ringan, sehingga bisa dinikmati oleh semua orang, termasuk mereka yang tidak terlalu menyukai makanan pedas.

Mitos: Seblak tidak memiliki nilai budaya

Seblak sering dianggap sebagai makanan modern yang hanya mengikuti tren kuliner tanpa memiliki nilai budaya yang kuat.

Fakta: Seblak diusulkan sebagai warisan budaya tak benda

Seblak memiliki akar yang kuat dalam budaya kuliner Sunda dan telah berkembang menjadi bagian dari identitas kuliner Indonesia. Bahkan, seblak diusulkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), menunjukkan bahwa makanan ini memiliki nilai budaya yang signifikan.***