- Home
- Sehat
Salmon Wild Caught vs Farmed: Mana yang Lebih Sehat Dikonsumsi?
Keduanya tampak serupa di piring, tapi berbeda jauh dalam cerita, gizi, dan dampaknya bagi tubuh dan lingkungan.
-400.jpg)
SOEAT - Salmon telah lama menjadi primadona di dunia kuliner dan kesehatan. Kaya akan asam lemak omega-3, protein berkualitas tinggi, dan vitamin D, ikan ini sering direkomendasikan sebagai bagian dari pola makan sehat.
Di balik warna oranye menggoda dan reputasinya sebagai “superfood laut”, salmon menyimpan dilema yang tak terlihat mata: apakah ia ditangkap dari alam liar (wild-caught) atau dibesarkan di peternakan (farmed)? Keduanya tampak serupa di piring, tapi berbeda jauh dalam cerita, gizi, dan dampaknya bagi tubuh dan lingkungan. Lantas, mana yang lebih sehat untuk dikonsumsi?
Asal Usul: Alam Bebas vs Keramba Apung
Salmon liar hidup dan tumbuh di habitat alaminya: lautan, sungai, dan danau. Mereka bermigrasi ribuan kilometer, memakan organisme alami seperti plankton dan krustasea.
Sementara itu, salmon budidaya dibesarkan dalam keramba jaring apung di teluk atau danau tertutup, diberi pakan olahan tinggi protein dan lemak untuk mempercepat pertumbuhan. Perbedaan lingkungan ini berdampak langsung pada komposisi nutrisi, rasa, dan bahkan risiko kontaminasi.
Perbandingan Nutrisi: Siapa yang Lebih Unggul?
Menurut data dari USDA dan berbagai studi ilmiah, berikut perbandingan kandungan nutrisi per 100 gram salmon. Untuk salmon liar, memiliki kalori 142 kcal, lemak 6,3 gram, Omega-3 (EPA+DHA) 1,2 gram, Omega-6 0,1 gram, vitamin D 988 IU, serta memiliki lemak jenuh dan kontaminan (PCB/dioxin) lebih rendah.
Semantara salmon budidaya, memiliki kalori 208 kcal, total lemak 13,4 gram, Omega-3 (EPA+DHA) 2,1 gram, Omega-6 2,1 gram, vitamin D 526 IU, serta memiliki lemak jenuh dan kontaminan (PCB/dioxin) lebih tinggi daripada salmon liar.
Dari data tersebut, terlihat bahwa salmon budidaya memang unggul dalam kandungan omega-3 total karena pakan yang difortifikasi, namun juga mengandung lebih banyak lemak jenuh dan omega-6. Rasio omega-3:omega-6 pada salmon liar jauh lebih ideal (12:1) dibandingkan salmon budidaya (1.1:1), yang penting untuk menjaga keseimbangan anti-inflamasi dalam tubuh.
Risiko Kontaminan dan Antibiotik
Salmon budidaya cenderung memiliki kadar kontaminan lebih tinggi, seperti PCB dan dioksin, akibat pakan dan lingkungan padat yang rentan penyakit. Beberapa peternakan juga menggunakan antibiotik untuk mencegah infeksi, yang dapat meninggalkan residu jika tidak diawasi ketat.
Sebaliknya, salmon liar memiliki risiko kontaminan lebih rendah, meski tetap perlu diperhatikan asal tangkapannya. Produk bersertifikat MSC (Marine Stewardship Council) menjamin praktik penangkapan yang berkelanjutan dan aman.
Rasa dan Tekstur: Preferensi atau Fakta?
Salmon liar, seperti sockeye, memiliki tekstur lebih padat dan rasa laut yang lebih kuat. Cocok untuk sashimi, grill, atau searing.
Sementara salmon budidaya, seperti Atlantic salmon, lebih lembut dan berminyak. Varian ini cocok untuk smoking atau poaching.
Jadi, Mana yang Lebih Sehat?
Jika prioritas kita adalah kesehatan jangka panjang, maka salmon liar unggul karena lebih rendah lemak jenuh, kontaminan, dan rasio omega-3 yang lebih baik. Akan tetapi, jika sedang membutuhkan asupan omega-3 cepat dan murah, maka salmon budidaya bisa jadi pilihan, asalkan berasal dari peternakan bersertifikat ASC/BAP.
Dari faktor keamanan untuk ibu hamil dan anak, salmon liar lebih direkomendasikan karena minim residu antibiotik dan kontaminan.***