- Home
- Kulineran
Dari Kafe Art-Deco ke Taman Rahasia, Ini Tempat Makan Hits di Braga Bandung
Dari bangunan art-deco klasik hingga taman tersembunyi di tepi sungai, ini dia tempat makan dan ngopi paling estetik di Bandung yang wajib kamu kunjungi.

SOEAT - Kawasan Braga di Bandung bukan hanya ikon sejarah, tapi juga panggung kreatif bagi tempat ngopi yang penuh gaya dan cerita. Di sepanjang trotoar klasik dan gang-gang sempit, tersebar kedai kopi dan restoran kecil yang tampil unik—mulai dari bangunan art-deco hingga rumah kaca di tepi sungai.
Tiap tempat menawarkan pengalaman visual yang berbeda, cocok untuk yang ingin sekadar menyeruput kopi, bekerja dari kafe, atau mengisi feed Instagram dengan suasana tak biasa.
Braga Permai: Klasik Eropa dalam Balutan Art-Deco
Dengan fasad putih, jendela arch besar, dan tulisan “Maison Bogerijen 1923”, Braga Permai memancarkan aura kolonial Eropa yang masih hidup. Interiornya berpadu antara marmer, elemen brass, dan sofa hijau zaitun yang menghidupkan nuansa Belle Époque.
Menu seperti Bitterballen Latte—kopi susu dengan sentuhan saus kroket khas Belanda—menawarkan kejutan rasa yang unik. T-Bone Steak 500 gram menjadi andalan klasik, sementara Chocolate Lava Cake menyempurnakan pengalaman makan siang penuh nostalgia. Cocok untuk feed IG, meski harga steaknya premium dan area merokok di teras kadang menyusup ke ruang dalam.
Kopi Toko Djawa: Nostalgia Buku dan Mesin Ketik
Berlokasi di bangunan toko buku era 1950-an, Kopi Toko Djawa menghidupkan suasana lama melalui etalase kayu, rak baca pojok, dan mesin tik vintage. Golden hour menjadikan dinding art-deco mereka sangat fotogenik.
Menu Es Kopi Toko Djawa dengan gula jawa cair menjadi favorit tak terbantahkan. Ditambah brownies matcha sebagai pendamping, tempat ini ideal untuk rehat sore. Harga ramah di bawah Rp30 ribu, namun kapasitas kecil membuat antrean cepat memanjang pada akhir pekan.
Wiki Koffie: Ruang Tamu Opa di Tengah Kota
Wiki Koffie menyuguhkan ruang penuh kayu, radio tua, dan langit-langit tinggi tanpa AC, menghadirkan suasana “ngopi di rumah opa”. Jendela kaca besar memantulkan cahaya neon malam Braga, menciptakan kontras retro-modern yang menarik.
Manual Brew Sunda Hejo jadi pilihan utama, disajikan dengan Pisang Bangkok caramelized butter. Tempat ini cocok untuk mahasiswa dan pencari suasana rumahan dengan harga di bawah Rp50 ribu. Kelembapan meningkat di siang hari, namun sirkulasi udara tetap terasa sejuk.
Blue Doors: Kafe Kecil dengan Pintu Ikonik
Sesuai namanya, pintu biru toska setinggi tiga meter jadi landmark visual yang tak bisa dilewatkan. Interior industrial-vintage dipenuhi bata ekspos, lampu tungsten, dan pipa besi—menciptakan suasana hangat sekaligus edgy.
Dirty Chocolate dan croissant butter hangat menjadi menu terbatas yang banyak diburu. Hanya tersedia 18 kursi, menjadikannya lebih cocok untuk quick stop foto dan minum kopi daripada bekerja dari kafe.
Cupola ID: Tribun Kayu Menghadap Sungai Mini
Tersembunyi di lorong sempit tak jauh dari Jurnal Risa, Cupola mengejutkan dengan tribun kayu bertingkat yang menghadap aliran kecil Cikapundung. Rimbun pohon flamboyan membentuk kanopi alami yang menyejukkan, bahkan saat siang.
Menu seperti Eskola (es kopi susu dan air kelapa) dan Spaghetti Sambal Matah jadi perpaduan yang tak biasa. Wifi stabil, suasana sejuk, dan visual hidden garden menjadikannya salah satu tempat ideal untuk work-from-café (WFC), meski akses masuknya terbatas dan parkir cukup menantang.
Umbira: Beton, Balkon Kaca, dan Kopi Berlayer
Dengan fasad beton unfinished dan interior serba putih, Umbira memadukan gaya brutalist dan minimalis. Balkon kaca di lantai dua menghadap jalan Braga, menawarkan pemandangan pejalan kaki dan lampu-lampu malam.
Wildberry Coffee Mocktail menjadi minuman unggulan, dengan gradasi ungu yang cantik saat difoto. Café ini buka 24 jam saat akhir pekan, cocok bagi night owl. Namun, suara live music malam bisa mengganggu yang ingin bekerja di malam hari.
Tanatap Coffee Heritage: Kafe Dua Lantai Dua Dunia
Fasad kayu hitam yang dililit kalpataru besi menjadi penanda visual Tanatap. Lantai bawah menghadirkan gaya industrial dengan rak buku dan bata ekspos, sementara lantai atas menyuguhkan nuansa tropis berkat monstera dan skylight kaca.
Menu seperti Cinnamon Sea-Salt Latte dan Nasi Kuning Braga menciptakan pengalaman brunch yang nyaman. Stop kontak tersedia di hampir setiap sudut, ditambah koneksi internet cepat. Namun, popularitas tinggi memicu antrean panjang akhir pekan.
Jurnal Risa Coffee: Horor, Guci, dan Kopi Manis
Bagi pecinta cerita mistis, Jurnal Risa Coffee menawarkan pengalaman tematik penuh karakter. Dinding bertema Hans dan Peter, chandelier gotik, dan rak guci tua membentuk suasana seperti kisah horor Eropa awal abad ke-20.
Racikan ala Peter dan Kopi Susu Si Om jadi pilihan utama. Konsep naratif menjadikannya favorit TikTok, tapi juga memicu antrean panjang hingga 40 menit saat akhir pekan. Harga menengah dan porsi pastry cukup besar untuk dinikmati bersama.
Le Braga Coffee & Kitchenette: Minimalis Industrial di Sudut Ikonik
Menghadap ikon “Braga, Java Street”, Le Braga tampil modern dengan desain mezzanine scandic-industrial. Panel kaca delapan meter memberi cahaya alami yang indah siang hari, dan ambience hangat dari lampu gantung saat malam.
Vanilla Cloud Cold Brew dengan foam vanila dan sea salt jadi menu unggulan. Chicken Poke Bowl tersedia sebagai pendamping ringan. Balkon terbuka menjadikan tempat ini cepat naik daun—tapi pastikan datang sebelum sore jika ingin pilihan dessert yang lengkap.
Braga tak hanya menyimpan jejak sejarah, tapi juga terus berevolusi menjadi panggung kreatif bagi dunia kopi dan kuliner Bandung. Setiap kafe di kawasan ini hadir dengan pendekatan visual yang kuat, suasana khas, dan menu yang tak hanya enak di lidah, tapi juga menggoda kamera. Entah untuk bekerja, healing, atau sekadar foto sore hari, Braga selalu punya tempat yang pas untuk dituju.***