1. Home
  2. Kulineran

Kenapa Burger Jadi Makanan Favorit di Dunia? Ini Penjelasan Ahli Kuliner

Dari sejarah panjangnya hingga berbagai versi modern, burger tetap menjadi makanan yang bisa menyatukan orang dari berbagai latar belakang.

Burger
Burger. (PIxabay/2SIF)

SOEAT - Burger saat ini menjadi salah satu panganan yang mudah ditemukan dimana saja. Di kedai yang khusus menawarkan burger specialty, kafe, restoran, hingga food truck yang berada di tengah keramaian.

Buat sebagian orang, burger mungkin hanya sekadar makanan cepat saji. Tapi bagi yang lain, burger adalah simbol dari sesuatu yang lebih besar: adaptasi, kreativitas, dan kenyamanan.

Dari warung kaki lima di Jakarta hingga restoran mewah di Paris, burger hadir dalam berbagai bentuk dan rasa, namun tetap mempertahankan esensinya. Ia adalah makanan yang bisa dinikmati siapa saja, di mana saja.

Jejak Sejarah: Dari Pelana Kuda ke Piring Mewah

Burger
Patty burger. (Pexels)

Sejarah burger bukanlah kisah yang dimulai di dapur restoran cepat saji. Ia berakar jauh ke masa Romawi, ketika hidangan bernama Isicia Omentata —daging cincang yang dibumbui dan dicampur kacang pinus, menjadi sajian aristokrat.

Lalu, pada abad ke-13, bangsa Mongol membawa tradisi menyimpan daging di bawah pelana kuda, yang kemudian menjadi cikal bakal steak tartare di Rusia. Dari sana, pelaut membawa resep daging cincang ke pelabuhan Hamburg, Jerman.

Di sinilah lahir Hamburg steak, yang kemudian dibawa ke Amerika oleh imigran Eropa. Pada akhir abad ke-19, restoran seperti Delmonico’s mulai menyajikan versi awal burger. Namun, burger modern —daging diapit dua roti, baru benar-benar lahir ketika Louis Lassen menyempurnakan resepnya pada tahun 1900.

Kenapa Burger Jadi Favorit Global? Ini Kata Para Ahli

Burger
Fish burger. (Pixabay/Rajdeepcraft)

Burger bisa disantap tanpa alat makan, cocok untuk gaya hidup urban yang serba cepat. Dari makan siang di kantor hingga camilan malam di jalanan, burger selalu relevan.

Perpaduan roti lembut, daging juicy, saus gurih, dan sayuran segar menciptakan harmoni rasa yang bisa diterima oleh hampir semua budaya. Di Jepang, burger hadir dengan saus teriyaki; di Korea, dengan kimchi; di Indonesia, dengan sambal matah atau rendang.

Burger juga merupakan kanvas kuliner. Kita bisa menambahkan keju biru, jamur panggang, telur mata sapi, bahkan patty berbasis nabati. Setiap topping adalah ekspresi rasa dan identitas.

Harga yang ramah di kantong juga menjadi kunci. Dari burger Rp20 ribuan di Jaksel hingga burger wagyu seharga jutaan di Las Vegas, burger hadir dalam berbagai kelas ekonomi tanpa kehilangan daya tariknya.

Evolusi Burger di Era Modern

Burger
Veggie burger. (Pixabay/Niekverlaan)

Di tengah tren hidup sehat dan keberlanjutan, burger ikut berevolusi. Muncul plant-based burger yang menggunakan protein nabati seperti kacang polong, jamur, atau kedelai. Rasanya tetap juicy, teksturnya menyerupai daging, tapi lebih ramah lingkungan dan tubuh.

Restoran mewah pun tak mau ketinggalan. Mereka menghadirkan burger gourmet dengan bahan premium seperti foie gras, truffle, dan keju artisan.

Di sisi lain, burger lokal hadir dengan sentuhan khas daerah. Misalnya burger tempe, burger sambal matah, atau burger batok dari Jawa Barat.***