1. Home
  2. Kulineran

Kenapa Lobster Dianggap Makanan Mewah? Ini Sejarahnya

Lobster, si krustasea yang dulu dipandang rendah, telah mengalami transformasi sosial yang luar biasa.

Lobster
Lobster. (Pixabay/u_o6zyucpb)

SOEAT - Transformasi lobster dari makanan tahanan menjadi hidangan mewah adalah bukti bahwa persepsi bisa mengubah segalanya. Ia mengajarkan kita bahwa status bukanlah sesuatu yang tetap, melainkan bisa bergeser seiring waktu, teknologi, dan selera pasar.

Ya, lobster dulu merupakan makanan yang dianggap menjijikkan, sehingga dianggap hanya layak untuk makanan tahanan dan pupuk tanaman. Kini, ia disajikan di atas piring porselen, ditemani mentega cair dan anggur putih, menjadi simbol kemewahan di restoran bintang lima. Lobster, si krustasea yang dulu dipandang rendah, telah mengalami transformasi sosial yang luar biasa.

Di masa kolonial Amerika, lobster begitu melimpah hingga digunakan sebagai pupuk dan makanan babi. Bahkan, para narapidana di Massachusetts sempat mengeluh karena harus makan lobster setiap hari, hingga pemerintah menetapkan batas konsumsi maksimal tiga kali seminggu.

Lobster dijuluki “kecoak laut” karena dianggap menjijikkan dan tidak layak dikonsumsi oleh kalangan atas. Namun, seiring waktu, persepsi berubah.

Teknologi pengalengan dan jaringan kereta api memungkinkan lobster dikirim ke kota-kota besar, menjangkau konsumen baru yang tidak tahu sejarahnya. Restoran mewah mulai menyajikannya sebagai hidangan eksklusif, dan lobster pun naik kelas menjadi makanan elite.

Sejarah Singkat Lobster: Dari Rendahan ke Bintang Lima

Lobster
Lobster. (Pixabay)

Pada abad ke-17 dan ke-18, lobster sangat melimpah di pesisir timur Amerika Utara, terutama New England. Setelah badai, lobster bisa ditemukan menumpuk hingga setinggi dua kaki di pantai.

Karena mudah ditangkap dan tidak dihargai, lobster digunakan sebagai pupuk dan umpan ikan. Ia juga kerap digunakan sebagai makanan tahanan dan budak.

Lobster pun mendapatkan stigma sosial, dianggap sebagai makanan hina. Di beberapa daerah, memberi makan lobster kepada tahanan terlalu sering dianggap sebagai tindakan tidak manusiawi.

Bahkan dalam kontrak kerja buruh, disebutkan bahwa mereka tidak boleh diberi makan lobster lebih dari dua kali seminggu.

Menjelang akhir abad ke-19, teknologi pengalengan dan transportasi kereta api memungkinkan lobster dikirim ke daerah pedalaman. Penduduk kota yang tidak tahu sejarahnya menganggap lobster sebagai makanan eksotis.

Restoran mewah memanfaatkan momen ini untuk mempromosikan lobster sebagai hidangan laut eksklusif. Tampilannya pun dibuat mewah.

Memasuki abad ke-20, lobster menjadi bagian dari pengalaman kuliner mewah. Wisatawan kaya mulai mengasosiasikan lobster dengan liburan pesisir dan gaya hidup elite.

Restoran bintang lima menyajikan lobster dalam berbagai bentuk. Mulai dari thermidor, bisque, grilled tail, hingga lobster roll yang elegan.

Faktor yang Membuat Lobster Mahal

Lobster
Lobster. (Pixabay/Sintec)

Ada beberapa hal yang membuat lobster kini menjadi makanan yang ekslusif. Salah satunya adalah proses penangkapan yang sulit.

Menangkap lobster memerlukan keterampilan khusus dan tenaga kerja besar. Penangkapan dilakukan secara manual dengan perangkap, dan harus mengikuti regulasi ketat untuk menjaga kelestarian populasi.

Saat ini, lobster menjadi komoditas dengan permintaan global yang tinggi. Lobster menjadi komoditas ekspor yang diminati di Asia, Eropa, dan Amerika. Permintaan yang tinggi mendorong harga naik secara signifikan.

Populasi lobster yang menurun akibat penangkapan berlebihan membuatnya semakin langka dan berharga. Kini, lobster dipanen dengan cara yang lebih terkendali untuk menjaga ekosistem laut.***