1. Home
  2. Kulineran

Sejarah Tahu: Dari Kedatangan di Nusantara Hingga Jadi Ikon Masakan Rumahan

Dari makanan elite hingga camilan pinggir jalan, dari penyelamat gizi hingga ikon kuliner, tahu telah membuktikan bahwa kesederhanaan bisa menjadi kekuatan.

Tahu
Ilustrasi tahu. (PIxabay/Waichi2021)

SOEAT - Di balik bentuknya yang sederhana dan warna putih pucat yang tak mencolok, tahu menyimpan kisah panjang yang melintasi benua, zaman, dan budaya. Tahu adalah lauk pelengkap di meja makan, sekaligus saksi bisu dari perjalanan kuliner yang dimulai ribuan tahun lalu di Tiongkok, menyeberangi lautan, dan akhirnya berakar kuat di dapur-dapur Nusantara.

Tahu juga bukti bahwa makanan tak harus mewah untuk menjadi bermakna. Ia hadir dalam masa krisis, menjadi penyelamat gizi rakyat, dan tetap bertahan sebagai favorit lintas generasi.

Awal Mula Tahu: Dari Kedelai ke Keajaiban Kuliner

Tahu
Kacang kedelai, bahan utama pembuatan tahu. (PIxabay/Allybally4b)

Tahu, atau tofu dalam bahasa Inggris, berasal dari Tiongkok dan diyakini ditemukan sekitar tahun 164 SM oleh Liu An, seorang bangsawan dari Dinasti Han. Proses pembuatannya mirip dengan pembuatan keju: kedelai direndam, dihancurkan, lalu dicampur air dan dipadatkan menggunakan koagulan alami seperti garam nigari atau cuka. Hasilnya adalah blok putih lembut yang kaya protein dan mudah menyerap rasa.

Dalam bahasa Mandarin, tahu disebut doufu, yang secara harfiah berarti “kacang kedelai yang dihancurkan menjadi bubur.” Dari Tiongkok, teknik pembuatan tahu menyebar ke Jepang, Korea, dan Asia Tenggara, terutama melalui jalur perdagangan dan penyebaran agama Buddha yang menganjurkan pola makan vegetarian.

Tahu Menyapa Nusantara: Jejak Sejarah yang Terlupakan

Tahu
Tahu. (Pixabay/Savagexy)

Masuknya tahu ke Indonesia tidak tercatat secara pasti, namun banyak sejarawan meyakini bahwa tahu dibawa oleh pedagang dan tentara Tionghoa sekitar abad ke-10 hingga ke-13. Salah satu versi menyebutkan bahwa tentara Mongol di bawah pimpinan Kubilai Khan membawa tahu sebagai bagian dari logistik saat menyerbu Kediri pada tahun 1292.

Kota Kediri bahkan mengklaim sebagai tempat pertama di Indonesia yang mengenal tahu, dengan bukti sejarah berupa pelabuhan “Jung Biru” tempat armada Mongol berlabuh. Awalnya, tahu hanya dikenal di kalangan elite dan komunitas Tionghoa.

Namun seiring waktu, terutama pada abad ke-19, tahu mulai menyebar ke masyarakat luas. Masa itu, rakyat Jawa mengalami krisis gizi akibat sistem cultuurstelsel (Tanam Paksa) yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda. Hasil bumi dikuras untuk ekspor, sementara rakyat kesulitan mendapatkan sumber protein hewani. Di sinilah tahu dan tempe muncul sebagai penyelamat gizi rakyat.

Transformasi Tahu: Dari Alternatif Gizi ke Ikon Masakan Rumahan

Tahu
Tahu Sumedang. (Pixabay/Focusonpc)

Seiring berjalannya waktu, tahu tak hanya menjadi sumber protein nabati, tapi juga bahan utama dalam berbagai hidangan khas Indonesia. Tahu goreng, tahu isi, tahu bacem, tahu gejrot, hingga tahu Sumedang, semuanya menunjukkan betapa fleksibelnya tahu dalam beradaptasi dengan selera lokal.

Setiap daerah di Indonesia punya versi tahu yang unik. Misalnya, Tahu Sumedang yang punya cita rasa gurih, meletup saat digigit, dan jadi camilan favorit. Ada pula Tahu Takwa Kediri yang berwarna kuning cerah, padat, dan jadi oleh-oleh khas.

Ada Tahu Bacem Yogyakarta yang manis, lembut, dan cocok sebagai pelengkap gudeg. Juga tahu isi dan tahu goreng yang dijual di warung kaki lima hingga restoran modern.

Tahu juga menjadi bahan utama dalam inovasi kuliner seperti tahu bakso, tahu susu, dan tahu sutra yang digemari generasi muda. Bahkan di era digital, resep tahu viral dari TikTok dan Instagram turut memperkuat posisinya sebagai bahan makanan yang tak lekang oleh waktu.

Di era modern, tahu menjadi simbol gaya hidup sehat dan berkelanjutan. Di tengah tren gaya hidup sehat dan pola makan nabati, tahu kembali naik daun sebagai superfood yang kaya protein, rendah lemak, dan bebas kolesterol.

Setiap tanggal 26 Juli, dunia memperingati Hari Tahu Sedunia sebagai bentuk apresiasi terhadap makanan sederhana yang berdampak besar bagi kesehatan dan lingkungan.

Tahu juga menjadi simbol keberlanjutan pangan: mudah dibuat, murah, dan ramah lingkungan. Di tengah tantangan global seperti krisis iklim dan ketahanan pangan, tahu menawarkan solusi yang lezat dan berkelanjutan. Ia tak hanya cocok untuk vegetarian dan vegan, tapi juga untuk siapa pun yang ingin hidup lebih sehat tanpa mengorbankan rasa.***