- Home
- Nusarasa
Mengenal Cold Brew dan Iced Coffee: Dua Cara Menikmati Kopi Dingin
Mana yang lebih baik untuk kamu: cold brew atau iced coffee? Lihat perbandingan kafein, rasa, dan keasamannya dalam artikel ini.

SOEAT - Saat cuaca panas menyerang, segelas kopi dingin memang jadi penyelamat hari. Tapi tahukah kamu bahwa tak semua kopi dingin punya dampak yang sama untuk tubuh, terutama lambung? Dua metode populer seperti cold brew dan iced coffee sering dianggap serupa, padahal cara penyeduhannya berbeda jauh—dan ini berpengaruh langsung ke rasa, kandungan asam, dan efeknya pada sistem pencernaan.
Buat kamu yang suka ngopi tapi punya masalah asam lambung atau lambung sensitif, penting banget memahami perbedaan cold brew dan iced coffee sebelum memilih. Simak penjelasan lengkapnya berikut agar kamu bisa tetap ngopi dengan tenang, tanpa rasa perih setelahnya.
Cold Brew: Kopi Dingin yang Lembut, Rendah Asam, dan Ramah Lambung
Cold brew dibuat tanpa panas sama sekali. Bubuk kopi direndam dalam air dingin atau suhu ruang selama 8–24 jam, kemudian disaring. Karena proses ini tidak melibatkan suhu tinggi, senyawa pahit dan asam dalam kopi tidak terekstraksi berlebihan, sehingga hasil akhirnya terasa lebih halus, manis alami, dan rendah keasaman.
Apakah cold brew benar-benar aman untuk penderita asam lambung?
Ya. Cold brew memiliki kadar asam hingga 70% lebih rendah dibanding kopi panas, sehingga jauh lebih ramah untuk penderita asam lambung dan IBS. Tapi tetap disarankan untuk tidak dikonsumsi saat perut kosong.
Cold brew juga memiliki keunggulan lain: lebih stabil disimpan di kulkas hingga beberapa hari, cocok untuk kamu yang sibuk tapi tetap ingin ngopi tanpa ribet. Beberapa penikmat kopi bahkan menyebut cold brew sebagai opsi ideal untuk ngopi malam hari—asal tidak terlalu pekat.
Apakah cold brew lebih tinggi kafein?
Cold brew dalam bentuk konsentrat bisa mengandung kafein tinggi, tapi umumnya diencerkan dengan air atau susu saat disajikan. Kadar kafein bisa disesuaikan dengan rasio seduh yang kamu gunakan.
Iced Coffee: Rasa Klasik, Tapi Tetap Tinggi Asam
Berbeda dari cold brew, iced coffee dibuat dengan metode tradisional: kopi diseduh panas lalu didinginkan dengan es. Meskipun hasil akhirnya dingin, tingkat keasaman dan senyawa pahit tetap tinggi karena proses ekstraksi dilakukan menggunakan air panas.
Iced coffee cocok untuk kamu yang menginginkan sensasi kopi klasik dengan aroma tajam dan rasa yang lebih “bright”. Tapi jika kamu punya masalah lambung, jenis kopi ini bisa terasa lebih menyengat dan berisiko memicu iritasi.
Apakah iced coffee bisa jadi alternatif cold brew?
Bisa, tapi karena iced coffee tetap tinggi asam, ini bukan pilihan ideal bagi penderita maag atau GERD. Cold brew tetap lebih aman untuk pencernaan sensitif.
Mana yang Lebih Ramah untuk Perut?
Jika kamu mencari kopi dingin yang lebih bersahabat untuk lambung, cold brew adalah pilihan terbaik. Proses penyeduhan tanpa panas menjaga keasaman tetap rendah dan menghasilkan kopi yang lembut di perut.
Bagaimana cara membuat cold brew di rumah?
Campurkan bubuk kopi kasar dengan air dingin atau suhu ruang dalam wadah tertutup, diamkan selama 8–24 jam, lalu saring. Simpan di kulkas dan nikmati langsung atau tambahkan susu sesuai selera.
Sementara itu, iced coffee bisa tetap kamu nikmati sesekali—terutama kalau kamu tidak memiliki masalah pencernaan. Tapi jika kamu mencari kopi harian yang aman dan nyaman dikonsumsi kapan saja, cold brew adalah juaranya.
Pilih yang Sesuai dengan Tubuhmu
Cold brew dan iced coffee sama-sama menyegarkan, tapi punya dampak yang berbeda terhadap tubuh. Cold brew unggul karena rendah asam, lembut, dan lebih ramah untuk lambung sensitif. Sementara iced coffee hadir dengan karakter rasa tajam dan klasik, namun kurang ideal bagi penderita maag atau GERD.
Jadi, sebelum menyeruput kopi dingin favoritmu, pertimbangkan juga bagaimana tubuhmu merespons. Ngopi itu bukan cuma soal rasa, tapi juga soal rasa nyaman setelahnya.***