- Home
- Kulineran
5 Tradisi Kuliner yang Berkaitan dengan Bakmi
Dari tradisi selamatan hingga perayaan Imlek, bakmi selalu hadir sebagai simbol kebersamaan, keberuntungan, dan identitas kuliner.

SOEAT - Bakmi bukan hanya sekadar hidangan yang mengenyangkan. Mengingat sejarah keberadaan bakmi di Indonesia, ia juga merupakan bagian dari perjalanan sejarah, budaya, dan tradisi yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Di balik kelezatan semangkuk bakmi, terdapat berbagai tradisi kuliner yang menjadikannya lebih dari sekadar makanan. Setiap daerah memiliki cara unik dalam menyajikan dan menikmati bakmi, mencerminkan nilai-nilai sosial, kepercayaan, dan bahkan filosofi hidup.
Artikel ini akan mengajak kita menyelami lima tradisi kuliner yang berkaitan erat dengan bakmi, mulai dari sejarahnya hingga peranannya dalam berbagai perayaan dan ritual.
Bakmi Jawa dan Tradisi Selamatan
Bakmi Jawa bukan hanya sekadar makanan khas Yogyakarta dan sekitarnya, tetapi juga memiliki makna budaya yang mendalam. Dalam berbagai acara selamatan, seperti syukuran rumah baru atau peringatan kematian, bakmi sering disajikan sebagai simbol kebersamaan dan doa untuk kesejahteraan.
Tradisi ini berakar dari kepercayaan bahwa mi yang panjang melambangkan umur panjang dan keberkahan bagi yang menyantapnya. Selain itu, bakmi Jawa yang dimasak dengan tungku arang dan bumbu khas memberikan cita rasa yang autentik serta memperkuat nilai tradisional dalam setiap suapan.
Bakmi dalam Perayaan Imlek
Di kalangan masyarakat Tionghoa, bakmi memiliki makna simbolis yang kuat, terutama dalam perayaan Imlek. Mi panjang yang tidak dipotong melambangkan umur panjang dan keberuntungan.
Oleh karena itu, dalam jamuan Imlek, bakmi sering disajikan sebagai bagian dari hidangan utama. Tradisi ini berasal dari kepercayaan Tiongkok kuno yang menganggap mi sebagai simbol rezeki yang tidak terputus.
Di Indonesia, banyak restoran dan keluarga Tionghoa yang tetap mempertahankan tradisi ini. Tradisi ini menjadikan bakmi sebagai hidangan wajib dalam perayaan tahun baru.
Bakmi sebagai Kuliner Pecinan
Bakmi memiliki hubungan erat dengan kawasan Pecinan di berbagai kota di Indonesia. Sejak kedatangan imigran Tionghoa, bakmi menjadi salah satu makanan yang berkembang pesat dan beradaptasi dengan selera lokal.
Di daerah seperti Glodok (Jakarta), Pasar Baru (Medan), Pecinan Bandung, dan Pecinan Semarang, bakmi tidak hanya menjadi makanan sehari-hari, tetapi juga bagian dari identitas budaya.
Banyak warung bakmi legendaris yang telah berdiri selama puluhan tahun. Mereka mempertahankan resep turun-temurun yang mencerminkan perpaduan budaya Tionghoa dan Indonesia.
Bakmi dalam Ritual Keagamaan
Di beberapa daerah, bakmi juga memiliki peran dalam ritual keagamaan. Misalnya, dalam beberapa tradisi kepercayaan Jawa, bakmi sering disajikan sebagai bagian dari sesaji dalam upacara tertentu.
Makanan ini dianggap sebagai simbol kesejahteraan dan harapan baik bagi keluarga yang mengadakan ritual. Selain itu, dalam beberapa komunitas, bakmi juga digunakan sebagai hidangan untuk menghormati leluhur, mencerminkan nilai-nilai penghormatan dan kebersamaan.
Evolusi Bakmi dalam Kuliner Modern
Meskipun memiliki akar tradisional yang kuat, bakmi terus berkembang mengikuti tren kuliner modern. Saat ini, banyak inovasi dalam penyajian bakmi, seperti bakmi dengan topping wagyu, bakmi gluten-free, hingga bakmi dengan kuah ramen.
Evolusi ini menunjukkan bagaimana bakmi tetap relevan di berbagai generasi, tanpa kehilangan esensi budayanya. Bahkan, beberapa restoran fine dining mulai mengangkat bakmi sebagai hidangan premium, membuktikan bahwa makanan ini memiliki daya tarik yang tak lekang oleh waktu.***