- Home
- Kulineran
Croffle Viral dari Korea: Kenapa Bisa Jadi Favorit?
Croffle mudah dibuat, cantik difoto, dan tentu saja lezat.

SOEAT - Di tengah derasnya tren kuliner yang datang dan pergi, hanya sedikit makanan yang mampu bertahan dan terus mencuri perhatian. Salah satunya adalah croffle, perpaduan unik antara croissant dan waffle yang pertama kali viral di Korea Selatan dan kini menjelma menjadi ikon dessert kekinian di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.
Bisa dikatakan, croffle bukan sekadar makanan manis yang enak disantap. Croffle juga merupakan simbol dari inovasi, estetika, dan fleksibilitas rasa.
Awalnya, croffle diperkenalkan oleh chef asal Irlandia, Louise Lennox, pada tahun 2017. Akan tetapi, popularitasnya meledak saat kedai-kedai kopi di Seoul mulai menyajikannya dengan tampilan estetik dan topping yang menggoda.
Di masa pandemi, ketika banyak orang mencari kenyamanan dari dapur rumah, croffle hadir sebagai solusi. Ia mudah dibuat, cantik difoto, dan tentu saja lezat. Tapi apa sebenarnya yang membuat croffle begitu istimewa dan bertahan sebagai primadona kuliner hingga hari ini?
Tekstur yang Menggoda: Paduan Renyah dan Lembut
Salah satu kekuatan utama croffle terletak pada teksturnya yang unik. Bagian luar croffle menjadi garing dan caramelized berkat cetakan waffle, sementara bagian dalamnya tetap lembut dan berlapis seperti croissant.
Kontras ini menciptakan pengalaman makan yang memuaskan. Ada sensasi crunchy saat pertama digigit, lalu disusul kelembutan buttery yang meleleh di mulut.
Fleksibilitas Rasa: Manis, Gurih, atau Keduanya
Croffle bisa tampil dalam berbagai versi rasa, dari yang manis hingga gurih. Beberapa kombinasi topping favorit antara lain Nutella dan pisang, serta keju leleh dan smoked beef.
Croffle juga nikmat disajikan bersama madu dan kayu manis, atau es krim vanilla dengan saus karamel. Selai kacang dan crumble biskuit juga tak pernah gagal melengkapi kudapan ini.
Fleksibilitas ini membuat croffle cocok untuk berbagai suasana. Ia bisa dijadikan sebagai menu sarapan, camilan sore, hingga dessert pesta. Bahkan, banyak kafe yang menciptakan varian lokal seperti croffle klepon atau croffle sambal matah.
Estetika Instagramable
Di era media sosial, tampilan makanan menjadi nilai jual tersendiri. Croffle memenuhi semua kriteria makanan viral, yakni bentuk kotak-kotak yang khas, warna keemasan yang menggoda, dan topping yang bisa dikreasikan sesuai selera.
Tak heran jika tagar #croffle sempat meledak di TikTok dan Instagram. Ini mendorong lebih banyak orang untuk mencicipi atau membuatnya sendiri.
Mudah Dibuat di Rumah, Tanpa Perlu Jadi Pastry Chef
Tak seperti croissant tradisional yang membutuhkan teknik laminasi rumit, croffle bisa dibuat dengan adonan croissant siap pakai dan waffle maker. Cukup olesi mentega, panggang 3–5 menit, dan tambahkan topping favoritmu.
Proses untuk membuatnya relatif cepat, dengan hasil yang memuaskan. Ini menjadikannya pilihan ideal bagi pemula, pebisnis rumahan, atau siapa pun yang ingin mencoba dessert viral tanpa ribet.
Harga Terjangkau, Rasa Premium
Meski tampilannya mewah, croffle biasanya dijual dengan harga yang masih ramah di kantong. Di Indonesia, croffle bisa ditemukan di berbagai kafe dan bakery dengan harga mulai dari Rp20.000 hingga Rp35.000 per potong.
Beberapa merek seperti Dear Butter bahkan menjual ribuan croffle per hari. Ini membuktikan bahwa dessert ini bukan sekadar tren sesaat.
Croffle juga menjadi simbol dari bagaimana budaya Korea mampu memengaruhi tren global. Dari drama, musik, hingga makanan, Korea Selatan berhasil menciptakan gelombang Hallyu yang merambah ke berbagai aspek gaya hidup.
Croffle adalah bagian dari gelombang itu. Makanan ini lahir dari inovasi lokal, tapi punya daya tarik universal.***