1. Home
  2. Kulineran

Perbandingan Takoyaki Tradisional vs Modern: Mana yang Terbaik?

Layaknya hidangan lain yang mendunia -seiring waktu dan globalisasi, takoyaki mengalami transformasi.

Takoyaki
Takoyaki. (Pixabay/ANTHR_Photoblog)

SOEAT - Di tengah hiruk-pikuk festival maupun acara yang mengundang keramaian, aroma takoyaki yang mengepul dari wajan besi selalu menjadi magnet bagi siapa pun yang lewat. Di negara asalnya, bola-bola kecil berisi potongan gurita ini bukan hanya camilan, tapi juga simbol dari budaya kuliner Osaka yang kaya dan penuh cerita.

Layaknya hidangan lain yang mendunia -seiring waktu dan globalisasi, takoyaki mengalami transformasi. Dari versi tradisional yang dijajakan di yatai (gerobak kaki lima) hingga versi modern yang tampil mewah di restoran fusion, takoyaki kini hadir dalam berbagai rupa dan rasa.

Pertanyaannya: mana yang lebih baik? Apakah kita harus setia pada resep autentik, atau memberi ruang bagi inovasi rasa masa kini?

Takoyaki Tradisional: Warisan Rasa dari Osaka

Takoyaki
Takoyaki, jajanan khas Jepang berbentuk bola-bola kecil yang terbuat dari adonan tepung terigu, diisi dengan gurita, dan kemudian dibakar atau dipanggang. (Pixabay/Takuanokaka)

Takoyaki tradisional lahir di Osaka pada tahun 1935, diciptakan oleh Tomekichi Endo. Ciri khasnya adalah tekstur luar yang renyah dan bagian dalam yang lembut serta creamy.

Isian utamanya adalah potongan gurita (tako), ditemani daun bawang, tenkasu (remah tempura), dan acar jahe merah (beni shoga). Saus takoyaki klasik, mayones Jepang, aonori, dan katsuobushi menjadi pelengkap wajib.

Keunggulan takoyaki tradisional antara lain mengandalkan rasa umami dari kaldu dashi dan gurita asli. Selain itu, takoyaki tradisional didapatkan dari teknik memasak yang presisi, termasuk membalik bola dengan tusuk logam agar bentuknya sempurna.

Dengan kata lain, takoyaki tradisional mengusung filosofi less is more. Tidak banyak topping, tapi kaya rasa.

Takoyaki Modern: Inovasi di Era Global

Takoyaki
Takoyaki. (Pexels/Nano Erdozain)

Di sisi lain, takoyaki modern muncul sebagai respons terhadap selera global yang beragam. Di luar Jepang, termasuk di Indonesia, takoyaki sering dimodifikasi dengan isian seperti keju mozzarella, sosis, crab stick, bahkan cokelat.

Topping-nya pun lebih berani. Ada saus pedas, keju leleh, hingga taburan jagung manis. Ciri khas takoyaki modern antara lain lebih fleksibel dalam isian dan topping.

Selain itu, teksturnya cenderung lebih padat karena penggunaan tepung lebih banyak. Kreasinya juga disesuaikan dengan preferensi lokal, seperti rasa pedas atau asin yang lebih kuat.

Mana yang Terbaik?

Untuk menjawabnya, sebenarnya tergantung pada apa yang sebenarnya kita cari. Jika ingin merasakan cita rasa asli Osaka, takoyaki tradisional adalah pilihan yang tak tergantikan.

Akan tetapi, jika senang bereksperimen dan ingin mencoba sesuatu yang baru, takoyaki modern menawarkan kejutan di setiap gigitan. Yang menarik, banyak kedai kini mencoba menggabungkan keduanya.

Mereka menggunakan teknik tradisional, tapi dengan isian modern. Ini membuktikan bahwa takoyaki bukan hanya makanan, tapi juga ruang ekspresi budaya yang terus berkembang.***