- Home
- Kulineran
Sekapur Sirih Soeat
Soeat bercita-cita mendokumentasikan kekayaan kuliner Indonesia dengan memanfaatkan big data dan jurnalisme.

Masakan adalah identitas budaya yang bisa menciptakan dialog lintas zaman dan batasan. Kuliner adalah warisan budaya yang bukan sekadar makanan, melainkan cerminan sejarah, tradisi, dan identitas masyarakat yang patut dirayakan.
Berpijak pada pemikiran tersebut, Soeat punya cita-cita yang barangkali terdengar ambisius dan bombastis. Walakin, cita-cita itu dirasa bisa terwujud dengan satu syarat: dikerjakan dengan menyenangkan. Cita-cita itu adalah mendokumentasikan kekayaan kuliner Indonesia.
Indonesia dikenal sebagai negara yang punya banyak hidangan khas, yang tidak hanya menawarkan rasa, tetapi juga cerita di baliknya. Lebih jauh, Soeat ingin lebih dari sekadar mendokumentasikan. Kami ingin terlibat dalam upaya memperjuangkan keberlanjutan, pengakuan, dan promosi kuliner kita agar terus hidup dan berkembang dalam pusaran kekinian global.
Tentu saja ini adalah pekerjaan besar yang akan berkaitan erat dengan gastronomi. Membicarakan kuliner berarti juga membahas berbagai aspek sosial budaya yang melahirkannya mulai dari sejarah, filosofi, seni, serta bagaimana makanan dan minuman dipersiapkan, dinikmati, dan bermakna bagi manusia.
Big Data + Jurnalisme Kuliner
Dengan memanfaatkan teknologi terkini dan big data, kami menggali informasi dan jejak hidangan Indonesia yang tersebar di platform digital seperti arsip daring, media sosial, hingga dokumentasi akademik dan tradisi lisan masyarakat kita.
Teknologi memungkinkan kami untuk tidak hanya mendokumentasikan, tetapi juga menganalisis pola, preferensi, dan sejarah kuliner kita. Dengan kekuatan big data, kami dapat menemukan warisan citarasa yang barangkali terabaikan, melacak evolusi hidangan dari waktu ke waktu, serta memetakan kontribusi kuliner terhadap identitas daerah tertentu. Dengan teknologi pula, kami ingin memudahkan setiap orang untuk bisa mengakses sajian tersebut.
Teknologi yang kami gunakan adalah jembatan untuk membangun cerita yang lebih utuh. Dari data yang dihimpun, kami berupaya menciptakan narasi yang menggugah, melibatkan masyarakat, dan memberi penghargaan kepada mereka yang terus merayakan tradisi pangan Indonesia. Kami ingin memastikan bahwa setiap hidangan, mulai dari tempe sederhana hingga rendang yang jadi fenomena global, mendapat tempat layak di hati warga dunia.
Kami menyepakati bahwa untuk menuju ke gerbang cita-cita tersebut, pendekatan jurnalisme adalah jalannya. Jurnalisme yang dimaksud adalah kerja yang bukan berujung pada simpulan enak atau tidak enak. Jurnalisme yang kami upayakan adalah yang menyajikan informasi dan fakta bahwa kekayaan rasa di negeri ini begitu melimpah.
Tradisi kuliner kita teramat panjang bak bunga rampai hingga kami pikir—bukan kami rasa—tidak mungkin bisa dirangkum hanya oleh tim kecil kami. Sehingga, besar harapan akan terbentuk banyak kolaborasi dengan berbagai entitas mulai dari food enthusiast, pengusaha, akademisi, seniman, pemerintah, lembaga keuangan, pegiat lingkungan, dan masyarakat pada umumnya, baik mereka yang berada di akar rumput hingga yang tinggal di menara gading.
Berpihak pada Kuliner Indonesia
Hari ini, naif rasanya jika mengatakan bahwa jurnalisme bersifat independen dan netral. Hari ini, ia haruslah berpihak. Oleh karena itu, kami menyatakan bahwa Soeat berpihak pada kekayaan kuliner Indonesia dan mereka yang menghidupi serta dihidupinya.
Soeat berpihak pada para pedagang, petani, nelayan, peternak, koki, pencuci piring, peneliti, pelukis, sopir, dan siapa saja yang berjuang bersama menyajikan makanan dan minuman di hadapan kita.
Semoga apa yang kami sampaikan dalam sekapur sirih ini tidak semata basa-basi. Namun, benar-benar bersifat seperti kapur sirih yaitu pembuka menuju tujuan utama setiap pertemuan. Semoga pula upaya kecil ini dapat memberi dorongan kepada para pegiat kuliner dan generasi muda untuk bangga akan warisan hidangan Indonesia.
Selamat datang di perjalanan penuh rasa dan makna.***