- Home
- Nusarasa
Fakta Menarik Sejarah Bakso di Indonesia
Perjalanan bakso hingga menjadi makanan yang begitu populer di Nusantara memiliki sejarah yang menarik. Lekuk likunya juga penuh adaptasi budaya.

SOEAT - Bakso, makanan berbentuk bola daging yang disajikan dalam kuah hangat, telah menjadi salah satu ikon kuliner Indonesia. Akan tetapi, perjalanan bakso hingga menjadi makanan yang begitu populer di Nusantara memiliki sejarah yang menarik. Lekuk likunya juga penuh adaptasi budaya.
Berdasarkan artikel tentang "Sejarah Bakso: Asal Usul dan Perkembangannya" (Agung Anjasmara, 2024), bakso pertama kali diperkenalkan ke Indonesia oleh imigran Tiongkok pada abad ke-17. Kata "bakso" sendiri berasal dari bahasa Hokkian, yaitu "bak-so," yang berarti "daging giling."
Di Tiongkok, bakso umumnya dibuat dari daging babi yang digiling halus, dicampur dengan bumbu, dan direbus dalam kuah. Namun, ketika bakso mulai masuk ke Nusantara, bahan utama bakso mengalami perubahan signifikan.
Mengingat mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, daging babi digantikan dengan daging sapi, ayam, atau ikan untuk menyesuaikan dengan selera lokal dan kebutuhan halal.
Proses akulturasi ini tidak hanya mengubah bahan utama bakso, tetapi juga cara penyajiannya. Di Indonesia, bakso mulai disajikan dengan pelengkap seperti mie kuning, bihun, tahu, dan pangsit, menciptakan harmoni rasa yang khas dan berbeda dari versi aslinya.
Perkembangan bakso di Indonesia
Seiring waktu, bakso berkembang menjadi makanan yang tidak hanya digemari, tetapi juga menjadi bagian dari budaya kuliner Indonesia. Pada awal abad ke-20, bakso mulai dijual oleh pedagang keliling menggunakan gerobak, menjadikannya makanan yang mudah diakses oleh masyarakat dari berbagai kalangan.
Gerobak bakso yang khas dengan suara "tok-tok" menjadi simbol nostalgia bagi banyak orang.
Popularitas bakso terus meningkat, terutama setelah Perang Dunia II, ketika makanan ini menjadi pilihan yang terjangkau dan mengenyangkan. Kota-kota seperti Malang, Solo, dan Wonogiri mulai dikenal sebagai pusat bakso dengan resep khas masing-masing.
Bakso Malang, misalnya, terkenal dengan variasi isian seperti bakso urat, tahu bakso, dan siomay. Sementara Bakso Solo, lebih sederhana dengan fokus pada bola daging dan kuah kaldu.
Inovasi modern
Dalam beberapa dekade terakhir, bakso mengalami berbagai inovasi yang menarik. Para pengusaha kuliner berlomba-lomba menciptakan varian baru untuk menarik perhatian konsumen.
Bakso beranak, bakso lava, dan bakso keju adalah beberapa contoh inovasi yang berhasil mencuri perhatian. Selain itu, muncul juga bakso vegetarian yang menggunakan bahan nabati sebagai alternatif sehat.
Tidak hanya itu, bakso kini juga menjadi bagian dari industri kuliner modern. Banyak restoran dan warung bakso yang menawarkan pengalaman makan yang lebih eksklusif dengan konsep yang menarik, seperti bakso dengan kuah pedas berwarna merah menyala atau bakso dengan isian unik.
Terlihat bahwa bakso bukan hanya makanan, tetapi juga cerminan perjalanan budaya dan kreativitas masyarakat Indonesia. Dari asal-usulnya sebagai bola daging dari Tiongkok hingga menjadi salah satu makanan favorit di setiap sudut Nusantara, bakso telah membuktikan bahwa makanan bisa menjadi jembatan budaya yang menghubungkan berbagai tradisi.
Semoga dengan setiap gigitan bakso, kita tidak hanya menikmati rasa, tetapi juga merasakan cerita panjang yang menyertainya.***