1. Home
  2. Nusarasa

Menghangatkan & Menyegarkan: Ini 4 Minuman Tradisional Khas Bandung yang Punya Cerita Panjang

Nusarasa

Dari hangatnya bandrek hingga segarnya es oyen, minuman khas Bandung ini menyimpan cerita sejarah, kearifan lokal, dan inovasi kuliner. Cocok buat kamu yang ing

bandrek
Minuman Tradisional Bandung - Instagram @bandrek555

SOEAT - Bandung, selain dikenal dengan suasana sejuk dan kreativitas warganya, menyimpan kekayaan kuliner yang mencerminkan sejarah panjang masyarakat Sunda. Salah satu aspek yang sering luput dari sorotan namun begitu kaya akan cerita adalah deretan minuman tradisional legendaris—dari hangatnya bandrek dan bajigur hingga segarnya es goyobod dan es oyen. Tak hanya memanjakan lidah, setiap tegukan minuman ini membawa kisah budaya, sosial, dan ekonomi yang telah terbentuk selama berabad-abad.

Bandrek: Minuman Hangat dengan Aroma Kemewahan Masa Lalu

Bandrek
Bandrek: Minuman Hangat dengan Aroma Kemewahan Masa Lalu - Instagram @bandrek555

Bandrek adalah lebih dari sekadar minuman penghangat badan. Resepnya yang telah terekam dalam naskah kuno Kerajaan Galuh menunjukkan statusnya sebagai minuman bangsawan Sunda sejak abad ke-7. Pada masa kolonial, kandungan rempah dalam bandrek—seperti jahe, kayu manis, cengkeh, dan pandan—menjadikannya minuman mewah yang bahkan bisa ditukar dengan emas dan perhiasan.

Yang membuat bandrek tetap istimewa hingga kini adalah proses pembuatannya. Jahe dibakar terlebih dahulu hingga kering untuk mengeluarkan rasa pedas dan aroma khas, sebelum dicampur dengan gula merah dan rempah lainnya. Filosofinya? “Menghangatkan tubuh, menyehatkan jiwa.” Tak heran jika bandrek masih banyak dijual dalam versi tradisional dan instan, bahkan hadir dalam bentuk yang lebih kekinian seperti bandrek latte dan bandrek milkshake.

Bajigur: Minuman Rakyat yang Lahir di Ladang

Bajigur
Bajigur: Minuman Rakyat yang Lahir di Ladang - pexels.com Photo olga Volkovitskaia

Berbeda dari bandrek yang berakar aristokratik, bajigur lahir dari keseharian petani Sunda yang butuh energi saat pagi buta. Awalnya hanya rebusan gula aren hangat, minuman ini berevolusi menjadi bajigur setelah penambahan santan dan jahe. Teksturnya lebih creamy, rasanya lebih lembut.

Tradisi minum bajigur tak lepas dari budaya nongkrong dan ngobrol santai. Bahkan, konon kata "bajigur" berasal dari istilah "badjegur" yang berarti hangat atau dari kebiasaan "bercakap-cakap". Disajikan dari gerobak yang keliling kampung sambil meneriakkan “Bajiguuurr… Hui!”, minuman ini tak hanya hadir sebagai pelepas dahaga, tapi juga perekat hubungan sosial warga.

Es Goyobod: Dari Gagal di Jakarta, Melejit di Garut

Es goyobod punya kisah unik. Diciptakan oleh Junaedi, seorang perantau Sunda di Jakarta pada 1930-an, minuman ini awalnya tidak mendapat tempat di lidah warga ibu kota. Komposisinya sederhana: potongan goyobod (sejenis jelly kenyal dari tepung hunkwe), santan, dan es serut.

Namun nasib berubah saat anaknya, Usep Suryana, membawanya ke Bandung. Dari sana, es goyobod makin dikenal luas, apalagi setelah tragedi Bandung Lautan Api membuat Usep pindah ke Garut. Di kota ini, es goyobod justru menemukan tempat terbaiknya dan menjelma jadi minuman ikonik yang menyegarkan di tengah cuaca tropis.

Es Oyen: Inovasi Rasa dari Era Pasca Kemerdekaan

Es Oyen
Es Oyen: Inovasi Rasa dari Era Pasca Kemerdekaan - RRI

Lahir di Bandung pada tahun 1950-an, es oyen mencerminkan semangat kreatif pasca kemerdekaan. Diciptakan oleh Haji Bashar Sudjana dan istrinya, minuman ini merupakan campuran es serut, kolang-kaling, kelapa muda, alpukat, tape, nangka, dan sirup manis.

Nama “oyen” sendiri diberikan oleh seorang pelukis asal Yogyakarta yang terinspirasi setelah melukis wajah Bashar. Lokasi strategis di Jalan Sukajadi No. 18 menjadi tempat tumbuhnya es oyen sebagai kuliner legendaris. Hingga kini, “Es Oyen 18” tetap jadi pilihan utama wisatawan dan warga lokal untuk menyejukkan diri di tengah padatnya kota.

Minuman Tradisional Bandung sebagai Cermin Budaya Sunda

Minuman seperti bandrek, bajigur, es goyobod, dan es oyen bukan hanya soal rasa. Mereka adalah refleksi dari cara hidup, cara berinteraksi, dan cara orang Sunda memaknai keseharian.

1. Kearifan dalam Memilih Bahan Lokal
Rempah yang digunakan bukan hanya untuk rasa, tapi juga untuk kesehatan. Jahe, cengkeh, kayu manis—semuanya punya fungsi imunologis dan terapeutik.

2. Budaya Komunal yang Erat
Minuman hangat biasanya dinikmati bareng, ditemani kacang rebus, ubi, atau gorengan. Minum bareng, ngobrol bareng, membangun koneksi sosial.

3. Adaptasi Terhadap Lingkungan dan Zaman
Di dataran tinggi yang dingin, bandrek dan bajigur hadir menghangatkan. Di kota-kota yang mulai panas, es goyobod dan es oyen jadi oase rasa. Kreativitas lokal menjawab kebutuhan zaman.

Dari Tradisi ke Tren: Eksistensi di Dunia Modern

Kini, minuman tradisional Bandung makin mudah ditemui. Ada yang disajikan di kafe berdesain Instagramable, ada pula yang tetap setia hadir dari gerobak dorong di pinggir jalan.

Beberapa sudah diolah jadi produk kekinian—bandrek sachet, bajigur instan, bahkan es oyen dengan topping boba. Tapi esensinya tetap sama: menghadirkan rasa, kisah, dan warisan.

Minuman Tradisional: Daya Tarik Wisata Kuliner Bandung

Di era pariwisata modern, minuman tradisional ini bukan hanya kuliner lokal, tapi juga magnet wisata. Tempat-tempat seperti Yogurt Cisangkuy, gerobak bajigur legendaris, hingga outlet es oyen yang ramai antrean, menjadi bagian penting dalam itinerary para pelancong yang ingin merasakan Bandung secara utuh.

Warisan kuliner ini bukan sekadar bertahan. Ia hidup, beradaptasi, dan menginspirasi.***