1. Home
  2. Kulineran

Sejarah Cronut: Kisah di Balik Fenomena Pastry Hibrida dari Dominique Ansel

Bukan sekadar camilan manis, cronut adalah simbol dari keberanian bereksperimen, ketekunan dalam menyempurnakan teknik, dan kejeniusan seorang Dominique Ansel.

Cronut
Cronut. (Pexels/Leeloo The First)

SOEAT - Di dunia pastry, ada momen-momen langka ketika satu kreasi mampu melampaui batas dapur dan menjadi ikon budaya pop. Salah satunya adalah cronut.

Bukan sekadar camilan manis, cronut adalah simbol dari keberanian bereksperimen, ketekunan dalam menyempurnakan teknik, dan tentu saja, kejeniusan seorang pastry chef bernama Dominique Ansel. Lahir dari dapur mungil di SoHo, New York, cronut menjelma menjadi fenomena global yang membuat orang rela antre sejak subuh, hanya demi mencicipi satu gigitan pastry berlapis yang digoreng seperti donat dan diisi krim lembut.

Tapi bagaimana sebenarnya kisah di balik lahirnya cronut? Siapa Dominique Ansel, dan bagaimana ia menciptakan salah satu pastry paling ikonik abad ke-21?

Dominique Ansel: Dari Beauvais ke New York

Cronut
Cronut. (Pexels/Leeloo The First)

Dominique Ansel lahir di Beauvais, Prancis, dari keluarga kelas pekerja. Ia adalah anak bungsu dari empat bersaudara dan mulai mengenal dunia dapur sejak usia muda.

Setelah menyelesaikan wajib militer di Guyana Prancis -di mana ia mengajar memasak untuk komunitas lokal, Ansel memulai karier profesionalnya di dapur-dapur restoran Prancis. Ia kemudian bergabung dengan Fauchon, salah satu rumah pastry paling bergengsi di Paris, sebelum akhirnya pindah ke New York dan menjadi Executive Pastry Chef di restoran Daniel, yang memiliki dua bintang Michelin.

Namun, Ansel tidak puas hanya menjadi bagian dari dapur orang lain. Pada 2011, ia membuka toko rotinya sendiri: Dominique Ansel Bakery di Spring Street, SoHo. Di sinilah, dua tahun kemudian, sejarah kuliner berubah.

Lahirnya Cronut: Eksperimen Dua Bulan yang Mengubah Dunia

Pada Mei 2013, Ansel memperkenalkan cronut —pastry yang menggabungkan teknik laminasi croissant dengan bentuk dan metode pengolahan donat. Tapi proses menciptakannya tidak instan.

Ia menghabiskan dua bulan penuh untuk menguji lebih dari sepuluh resep berbeda, menyempurnakan teknik fermentasi, penggorengan, dan pengisian krim. Ia ingin menciptakan sesuatu yang benar-benar baru, bukan sekadar meniru atau menggabungkan dua makanan.

Hasilnya adalah pastry berlapis ratusan, digoreng hingga renyah, diisi krim rasa musiman, dan dilapisi gula serta glaze. Dalam waktu 35 menit setelah peluncuran perdananya, seluruh batch cronut habis terjual. Antrean panjang mulai terbentuk setiap pagi, dan media sosial pun meledak.

Dari SoHo ke Seluruh Dunia: Fenomena Cronut

Cronut
Cronut. (Pexels/Leeloo The First)

Tak butuh waktu lama sebelum cronut menjadi viral. Media besar seperti TIME, CNN, dan The New York Times meliputnya.

TIME bahkan menobatkan cronut sebagai salah satu Best Inventions of the Year pada 2013. Toko-toko roti di seluruh dunia mulai membuat versi mereka sendiri, dari “doughssant” di Kanada hingga “zonut” di Australia.

Di Indonesia, cronut mulai muncul di kafe-kafe dan toko pastry di pusat perbelanjaan besar.

Namun, Ansel sendiri menolak menyebut cronut sebagai “hybrid pastry”. Dalam wawancaranya, ia menegaskan bahwa ia tidak menciptakan makanan hibrida, melainkan “kreasi pastry terbaik yang bisa saya buat”. Filosofinya sederhana: makanan harus mengejutkan, menyenangkan, dan membawa pengalaman baru.

Warisan dan Inovasi: Lebih dari Sekadar Cronut

Setelah cronut, Ansel tidak berhenti berinovasi. Ia menciptakan berbagai kreasi unik seperti Magic Soufflé, Cookie Shot (gelas dari kue kering yang diisi susu), Frozen S’mores, dan Dosa Mille Feuille.

Ia juga membuka cabang di Tokyo, London, dan Hong Kong, serta meluncurkan buku resep berjudul Dominique Ansel: The Secret Recipes yang membagikan filosofi dan teknik di balik kreasinya.***