1. Home
  2. Nusarasa

Akhirnya Terjawab, Kenapa Seblak Sangat Digemari?

Nusarasa

Kemajuan teknologi dan media sosial turut mempercepat popularitas seblak.

Seblak, diketahui berasal dari tahun 1900-an dan mulai populer tahun 2000-an di Jawa Barat, terutama Bandung.
Seblak Sultan di Jala Sultan Tirtayasa, Bandung. (Soeat/Nday)

SOEAT – Waktu baru saja menunjukkan pukul 11.07, tepat 7 menit setelah kedai dibuka. Akan tetapi, antren pengunjung yang ingin menikmati seblak di Seblak Eceu, sudah cukup mengular.

Terletak di Jalan Seke Kukumbung Nomor 108, warung seblak yang satu ini begitu digemari warga Kopo dan sekitarnya. Di warung seblak prasmanan ini, ada ratusan topping seblak yang siap dipilih.

Kuahnya beraneka, mulai dari level 0 hingga level 7. Setiap level menggambarkan berapa sendok adonan cabai yang dicampurkan ke dalam kuah seblak.

Selain karena variasi topping dan pedas serta rasa, Seblak Eceu banyak disambangi karena konsep usaha yang agak berbeda. Sambil menyantap seblak, pengunjung yang sebagian besar keluarga juga leluasa mengajak anak-anak bermain di playgroud berukuran besar. Ibu kenyang, anak senang.

Seblak tidak hanya berperan sebagai makanan khas. Ia juga menjadi simbol identitas regional yang memperkuat rasa kebersamaan masyarakat.
Seblak Eceu di Jalan Seke Kukumbung, Kopo, Bandung. (Soeat/Nday)

Seblak tidak hanya berperan sebagai makanan khas. Ia juga menjadi simbol identitas regional yang memperkuat rasa kebersamaan masyarakat.
Seblak Eceu di Jalan Seke Kukumbung, Kopo, Bandung. (Soeat/Nday)

Ruangan yang luasnya menyerupai pabrik itu bisa dipadati hingga ratusan pengunjung. Area parkirnya luas, siap menyambut tamu yang datang dalam jumlah besar di waktu yang sama. 

Salah seorang pengunjung, Nissa (38), mengatakan bahwa tempat jajan ini belakangan menjadi destinasi favoritnya. Alasannya, dia jadi bisa leluasa mengajak anak-anaknya sekalian bermain berjam-jam.

“Jadi saya bisa berkumpul sama teman-teman sambil nyeblak dan bisa bawa anak-anak juga supaya mereka bisa main sama teman-temannya,” ucapnya.

Ketika ingin nyeblak sendirian, ia biasanya mencari destinasi jajan seblak lain yang tak begitu mementingkan tempat dan suasana. Seblak gerobak atau kaki lima, menjadi incarannya.

“Suka jajan seblak di mana saja? Banyak! Dari Soreang, Lembang, Cileunyi, sampai tengah Kota Bandung, kalua ada warung seblak yang katanya enak, saya datangi,” ucapnya sambil terkekeh.

Seblak Jadi Kanvas Rasa

Fleksibilitas bisa dikatakan menjadi kunci mengapa seblak sangat digemari. Topping dan variasi rasanya tak terbatas. Konsep usahanya tak memiliki formulasi baku. Seblak bisa dijajakan di mana saja dan bersanding dengan kuliner apa saja.

Dosen Politeknik Pariwisata NHI Bandung yang juga dikenal sebagai pengamat gastronomi Sunda, Riadi Darwis, mengatakan bahwa ada banyak faktor yang menyebabkan seblak terus digemari masyarakat.

"Variasi yang tak terbatas itu sudah pasti, karena memang tidak ada batasan kita mau memasukkan apa saja ke dalam seblak," tuturnya.

Dari kerupuk, makaroni, mi, bakso, ceker, siomay, batagor, jamur, sayuran, cirawang, telur, dan masih banyak lagi, seblak tak ubahnya kanvas rasa yang bisa kita "lukis" sesuka hati.

Fleksibilitas ini membuat seblak selalu terasa baru meski disantap berkali-kali. Bahkan kini hadir seblak kering, seblak instan, hingga seblak dalam kemasan ringan yang bisa dibawa ke mana saja.

Alasan lain seblak begitu digemari adalah sensasi pedasnya yang menggoda. Seblak menawarkan level kepedasan yang bisa disesuaikan, dari yang ringan hingga ekstrem, menjadikannya tantangan sekaligus kenikmatan.

Dari sudut pandang kesehatan, makanan pedas dapat merangsang hormon serotonin yang berperan dalam meningkatkan suasana hati. Itu sebabnya, selain efek kenyang, semangkuk seblak bisa jadi pelipur lara di hari yang berat.

Seblak Murah Didapat, Mudah Dijangkau

Seblak adalah bukti bahwa makanan enak tak harus mahal. Dengan harga mulai dari ribuan rupiah, siapa pun bisa menikmati sajian ini tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam. Kombinasi harga terjangkau dan porsi yang mengenyangkan menjadikannya pilihan favorit pelajar, mahasiswa, pekerja kantoran, termasuk juga kita.

Dari sudut pandang pedagang, tak begitu sulit juga untuk memulai usaha seblak. Cara membuatnya pun relatif mudah, menjadikannya peluang bisnis yang menjanjikan. Bisa dimulai dari dapur rumah sendiri, gerobak kaki lima, atau bahkan membuat kedai sendiri.

Perpaduan antara berbagai alasan itu membuat seblak kini menjamur di berbagai kota di Indonesia. Kita bisa menemukannya hanya di aplikasi pesan antar tanpa tahu di mana letak dapur yang membuat. Kita bisa menjangkaunya di pinggir jalan, food court, atau bahkan kafe dan restoran.

Perubahan Pola Konsumsi Masyarakat

Seblak tidak tiba-tiba menjadi sepopuler sekarang. Ia tapi mengalami perjalanan cukup panjang. Makanan ini menjadi pilihan yang sederhana dan murah meriah, yang dapat disiapkan dengan bahan-bahan yang juga mudah didapatkan.

Dosen Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia Heny Hendrayati menyebut, ada beberapa hal yang membuat perubahan seblak menjadi sangat populer. Pertama, karena perubahan pola konsumsi.

“Konsumen kini mencari pengalaman kuliner unik dan terjangkau. Seblak memenuhi kebutuhan tersebut dengan rasa pedas khas dan harga relatif murah,” katanya.

Pola konsumsi ini kemudian diiringi inovasi produk yang membuat semakin memperluas daya tariknya. Sebut saja seblak tulang, seblak ceker, dan masih banyak lagi, hingga menjadikannya lebih fleksibel.

Kemajuan teknologi dan media sosial turut mempercepat popularitas seblak. Kondisi ini menguntungkan UMKM kuliner yang dapat menjangkau audiens lebih luas tanpa batasan geografis.

“Tak hanya itu, keberhasilan seblak juga berkat upaya UMKM yang semakin fokus pada kualitas dan branding, menjadikannya lebih dari sekadar jajanan biasa,” ujarnya.***