1. Home
  2. Nusarasa

Batagor Bandung, Jajanan yang Terus Berevolusi

Nusarasa

Batagor yang mulai hadir sejak 1968 hasil inovasi Haji Isan di Bandung, telah membangun ekosistem bisnis yang melibatkan berbagai pelaku usaha.

Batagor sangat memberi pengaruh ke sosial ekonomi masyarakat.
Batagor Tamim Bandung. (Pramudya)

SOEAT - Perjalanan batagor sebagai kekayaan kuliner khas Bandung belum akan berakhir. Beragam inovasi tersemat pada batagor. Apalagi, media promosi digital semakin masif. Alhasil, kesempatan untuk membawa batagor makin tenar juga luas. 

Dosen Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia Dr. Heny Hendrayati mengungkapkan, industri batagor di Bandung merupakan contoh nyata bagaimana kuliner lokal hasil akulturasi budaya dapat mendorong perekonomian mikro dan regional.

Batagor yang mulai hadir sejak 1968 hasil inovasi Haji Isan, kata Heny Hendrayati, telah membangun ekosistem bisnis yang melibatkan berbagai pelaku usaha. Batagor mampu menciptakan lapangan kerja dan peluang kewirausahaan inklusif bagi masyarakat bermodal terbatas. 

Batagor gerobak kaki lima yang harganya terjangkau menjadi pilihan utama bagi masyarakat luas.
Batagor H Darto Wahab di Simpang Dago, Bandung. (Pramudya)

UMKM di sektor ini menjadi fondasi penting bagi perekonomian lokal yang dinamis dan berkelanjutan.

"Kontribusi ekonomi batagor tak hanya dari penciptaan lapangan kerja, tetapi juga perputaran uang yang memperkuat struktur ekonomi Bandung. Pendapatan usaha batagor sebagian besar beredar di komunitas lokal, memberi efek positif yang berganda pada sektor terkait seperti produksi ikan, tahu, dan distribusi. Model bisnis sederhana tapi inovatif ini efektif meningkatkan nilai tambah ekonomi daerah serta membangun ketahanan ekonomi komunitas menghadapi tantangan eksternal," tutur dia. 

Secara budaya, batagor merupakan simbol akulturasi sekaligus menambah nilai ekonomi yang signifikan. Batagor menjadi ikon budaya dan magnet wisata kuliner Bandung, menarik wisatawan dan memperluas pasar hingga nasional dan internasional. 

Menurut Heny Hendrayati, batagor adalah makanan inklusif. Fenomena ini menyentuh dinamika sosial-ekonomi yang tecermin dalam pola konsumsi batagor di masyarakat. Kehadiran batagor dalam berbagai kasta harga menggambarkan fleksibilitas produk ini dalam menjangkau berbagai segmen konsumen. 

Fenomena ini tidak hanya mencerminkan stratifikasi ekonomi masyarakat, tetapi juga membuktikan bahwa batagor sebagai makanan yang bersifat inklusif dan mudah diakses oleh lapisan sosial berbeda.

Batagor adalah hasil adaptasi serta akulturasi budaya.
Batagor Tamim Bandung. (Pramudya)

Dari sisi pola konsumsi, varian batagor kelas 'sultan' yang dijual di restoran dengan harga premium biasanya menawarkan kualitas bahan baku lebih tinggi, inovasi rasa, dan layanan yang lebih eksklusif. Konsumen kelas menengah ke atas akan mencari pengalaman kuliner dengan standar berbeda, khususnya bagi wisatawan yang berkunjung ke Bandung. 

Sementara itu, batagor gerobak kaki lima yang harganya terjangkau menjadi pilihan utama bagi masyarakat luas, termasuk kelas pekerja dan pelajar, sebagai makanan cepat saji yang praktis dan ekonomis.

Eksistensi batagor di dua sisi berbeda ini memperkuat daya tariknya sebagai produk kuliner yang mampu menyesuaikan diri dengan daya beli dan preferensi pasar yang beragam. 

"Batagor menciptakan ekosistem konsumsi yang luas. Batagor tak sekadar makanan, tapi juga simbol budaya yang dapat dinikmati siapa saja tanpa batasan kelas sosial. Pola konsumsi seperti ini juga membuka peluang bagi pelaku UMKM di sektor makanan untuk berkembang, sekaligus mendukung diversifikasi produk dan inovasi bisnis yang berkelanjutan," ujar dia.

Inovasi Batagor Bisa Muncul dari Pelaku UMKM Kuliner

Agar tetap bisa bertahan dan berkembang, para pelaku UMKM batagor harus mengadopsi beberapa strategi penting yang menggabungkan inovasi produk, penguatan manajemen usaha, serta pemanfaatan teknologi. Setidaknya ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu inovasi, penguatan manajemen, dan pemanfaatan sarana digital.

Heny menjelaskan, inovasi produk menjadi kunci utama. UMKM batagor perlu terus mengembangkan varian rasa, kualitas bahan baku, dan cara penyajian yang menarik untuk membedakan diri dari pesaing. 

Misalnya, mengadaptasi tren makanan sehat dengan mengurangi penggunaan minyak atau menawarkan batagor dengan bahan organik bisa menjadi nilai tambah yang menarik konsumen modern. Kreativitas dalam pemasaran, seperti branding yang unik dan kemasan yang menarik, juga dapat meningkatkan daya tarik produk.

Inovasi tak akan berdampak jika manajemen usahanya tak dibenahi. Penguatan manajemen usaha sangat penting untuk menjaga kelangsungan bisnis. 

Pelaku UMKM harus memperbaiki aspek keuangan, operasional, dan sumber daya manusia secara sistematis. Dengan kapasitas manajerial yang baik, UMKM dapat mengelola modal dan risiko secara lebih efektif, merencanakan ekspansi, serta menjalin kemitraan strategis. Misalnya, dengan pemasok bahan baku atau platform digital.

Terakhir, pemanfaatan teknologi digital, seperti media sosial dan platform e-commerce, memungkinkan UMKM batagor untuk memperluas jangkauan pasar secara signifikan tanpa biaya besar. Digital marketing juga membantu membangun komunitas pelanggan setia dan meningkatkan interaksi langsung dengan konsumen. Selain itu, teknologi dapat digunakan untuk efisiensi operasional. Misalnya, dalam pengelolaan pesanan dan distribusi.

Inovasi dan pemanfaatan berbagai media promosi sangat penting untuk keberhasilan dan keberlanjutan UMKM kuliner, termasuk pelaku usaha batagor. Dalam lanskap bisnis yang semakin kompetitif dan dinamis, inovasi tidak hanya terbatas pada pengembangan produk, tetapi juga mencakup metode pemasaran, layanan pelanggan, hingga pengelolaan bisnis secara keseluruhan.

Inovasi produk membantu UMKM untuk tetap relevan dan menarik di mata konsumen yang terus berubah preferensinya. Misalnya, mengembangkan varian rasa baru, memperbaiki kualitas bahan baku, atau menghadirkan kemasan yang ramah lingkungan dapat meningkatkan daya tarik produk batagor.

Selain itu, inovasi dalam layanan seperti sistem pemesanan digital atau layanan antar juga semakin penting untuk memenuhi kebutuhan konsumen modern yang menginginkan kemudahan dan kecepatan.

"Khusus dalam pemanfaatan berbagai media promosi di internet, akan memungkinkan UMKM menjangkau pasar yang lebih luas dengan biaya yang relatif terjangkau. Media sosial menjadi platform efektif untuk membangun brand awareness, berinteraksi dengan pelanggan, dan mengedukasi pasar mengenai keunikan produk. Promosi digital juga memungkinkan pengukuran hasil yang lebih akurat melalui data analitik, sehingga strategi pemasaran dapat terus diperbaiki secara berkelanjutan," ucap Heny Hendrayati.

Dosen Politeknik Pariwisata NHI Bandung Dr. Riadi Darwis, M.Pd. mengatakan, inovasi batagor kembali ke selera masyarakat. Biasanya, inovasi akan muncul kalau punya target tertentu.

"Salah satu inovasi yang bisa dilakukan adalah memadupadankan batagor dengan bahan baku lain. Misalnya, isiannya bisa berubah, tak melulu harus ikan tenggiri, tapi bisa diganti ikan lain yang rasanya mirip," kata Riadi Darwis.

Menurut dia, sebagai kuliner lokal, batagor sangat memberi pengaruh ke sosial ekonomi masyarakat. Pasalnya, pembuatan batagor tidaklah sederhana, karena melibatkan banyak hal, terutama dari bahan baku.

Ada campur tangan petani, nelayan, dan pasar tradisional beserta para pedagangnya. Tak heran jika batagor memberi pengaruh besar ke perputaran ekonomi masyarakat. 

Apalagi sekarang, kata Riadi Darwis, batagor hadir dalam kemasan beragam. Batagor, biasanya yang setengah matang atau kemasan beku, bahkan bisa menjadi hampers hari raya. 

"Saat batagor jadi hampers, kemasannya biasanya besek, hal ini melibatkan perajin. Satu lagi pihak yang terdampak perputaran ekonomi dari batagor. Dengan sentuhan seni, batagor bisa hadir dengan konsep yang estetik tanpa mengabaikan cita rasa," ujar Riadi.***