1. Home
  2. Nusarasa

Filosofi Dalam Semangkuk Bakso, Pengikat Kebersamaan

Nusarasa

Di dalam semangkok bakso, tersimpan juga beragam cerita yang kerap membuat orang sejenak berpikir dan manggut-manggut, lalu bereaksi, “Oh, benar juga!”. 

Bakso sapi kenyal. (Cookpad)
Bakso sapi kenyal. (Cookpad)

SOEAT - Saking populernya, bakso seringkali diasosiasikan dengan kuliner yang “ringan”. Bakso bisa ditemukan dimana saja, dan dijajakan oleh siapa saja, dengan rasa dan varian yang tak ada habisnya. 

Akan tetapi, rupanya cerita bakso tak seringan namanya. Di dalam semangkok bakso, tersimpan juga beragam cerita yang kerap membuat orang sejenak berpikir dan manggut-manggut, lalu bereaksi, “Oh, benar juga!”. 

Memulai perjalanan dari Tiongkok pada abad ke-17, bakso kali diperkenalkan ke Indonesia oleh para pedagang Tionghoa. Mereka biasa memasak bola-bola daging dan menyajikannya dengan kuah kaldu.

Dalam perkembangannya, bakso kemudian diadaptasi oleh masyarakat Indonesia dengan citarasa yang khas. Daging sapi atau ayam dicampur dengan tepung kanji dan bumbu-bumbu seperti bawang putih, ketumbar, dan merica. 

Dalam masyarakat Indonesia, bakso lebih dari sekadar makanan. Dia bukan hanya berbicara tentang rasa, tapi bercerita tentang budaya yang kaya. 

Dilansir dari Jakarta Globe, nilai yang terkandung dalam sajian bakso bisa kita pelajari dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pertama, bakso memiliki signifikansi besar dalam tradisi makan di Indonesia. Biasanya bakso dihidangkan pada acara keluarga besar seperti lebaran atau pernikahan. 

Hal ini menunjukkan bahwa bakso berperan penting dalam mempererat hubungan sosial dan budaya di masyarakat Indonesia.

Seperti yang belum lama ini kita rasakan, tradisi makan bakso pada saat Idulfitri selalu berulang setiap tahun. Bukan hanya soal rasanya, tapi juga kebersamaan, dan nilai-nilai kekeluargaan yang dijunjung tinggi. Mau membuat sendiri di rumah atau beli, lezatnya bakso tetap terasa jika dinikmati dengan keluarga terdekat.

Kebersamaan dan kesederhanaan

Kedua, makanan ini mengandung unsur filosofis seperti kebersamaan, kesederhanaan, dan kearifan lokal. Konsep kebersamaan terlihat dalam cara penyajian bakso yang biasanya dihidangkan dalam satu mangkuk besar yang bisa dinikmati bersama-sama.

Sementara itu, konsep kesederhanaan terlihat dari bahan-bahan dasar bakso yang sederhana namun diolah dengan baik dan hasilnya sangat nikmat. Bakso juga menunjukkan kearifan lokal karena menggunakan bahan-bahan yang mudah didapatkan dan cocok dengan cita rasa masyarakat Indonesia.

Ketiga, sajian bakso juga mengandung nilai-nilai seperti kerja keras dan kejujuran. Proses pembuatan bakso yang membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup banyak menunjukkan bahwa kerja keras sangat diperlukan untuk menghasilkan sajian yang nikmat. 

Selain itu, penggunaan bahan-bahan yang berkualitas dan jujur dalam mengolah bahan juga merupakan nilai yang terkandung dalam sajian bakso.***