- Home
- Nusarasa
Potensi Bisnis Makanan Berbahan Aci di Industri Kuliner Indonesia
Indonesia menempati urutan kelima sebagai produsen singkong terbesar di dunia dengan produksi mencapai 18,3 juta ton tahun 2020.

SOEAT - Usaha kuliner selalu digadang-gadang sebagai bagian dari sektor ekonomi kreatif bersama fashion yang menyumbangkan ratusan triliun rupiah PDB Indonesia dalam 5 tahun terakhir.
Kuliner Indonesia amat beragam dan kaya. Salah satunya adalah ragam makanan berbahan aci yang menjamur di berbagai kota besar di Indonesia. Aneka kuliner dari aci menjadi jajanan (street food) yang dinikmati berbagai kalangan dan usia.
Banyak pelaku UMKM saat ini menawarkan penganan aci kekininan. Sebut saja cireng (aci digoreng), cimol (aci digemol), cilok (aci dicolok), cipuk (aci kerupuk), cibay (aci ngagebay), cimin (aci mini), cilung (aci digulung), dan cilor (aci telor). Belum lagi turunan atau varian dari kuliner aci yang banyak ragamnya mulai dari variasi rasa/bumbu atau isiannya. Misal, cireng isi jando, baso aci, cipak koceak, tahu aci, kurupuk aci, dan lainnya.
Peluang bisnis makanan berbahan aci sudah ditangkap para pelaku UMKM yang membuatnya naik kelas. Salah satu contohnya adalah Mokhammad Dandi Sepsaditri yang membuat inovasi bakso aci dengan jenama Bakso Aci Akang pada 2018. Kini, dia sudah mengembangkan lebih dari 100 outlet dan usaha lainnya dalam kurun waktu tiga tahun.
Diyakini, saat ini banyak sosok seperti Dandi yang sama-sama menggeluti usaha kuliner berbahan dasar aci. Di Bandung saja, ada beberapa kedai yang menjual makanan berbahan aci seperti cireng legendaris di Cipaganti, Cimol Bojot Aa, serta cireng isi di Ciumbuleuit yang dalam sehari menjual 5.000 cireng aneka rasa.
Pengamat sejarah kuliner dan pengajar di Program Studi Sejarah Universitas Padjadjaran Fadly Rahman mengatakan, ragam makanan kekinian menjamur dan disukai banyak masyarakat karena sensasi rasanya yang kenyal, gurih (efek dari penyedap rasa atau MSG), dan pedas.
Makanan berbahan aci juga kian populer karena pengaruh media sosial. Makanan seperti seblak yang dulu dibikin di industri rumahan bisa jadi bisnis baru yang menjanjikan berkat promosi di media sosial.
Menurut dia, tren penganan dari aci sama halnya dengan makanan kekinian dari Korea. Selain itu, tren makanan aci diklaim berasal dari tatar Sunda yang dinilai sebagai kiblat kuliner. Hal itu akhirnya memengaruhi daerah sekitarnya.
Berbicara soal potensi dan ketersediaan bahan aci, berdasarkan data Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Indonesia menempati urutan kelima sebagai produsen singkong terbesar di dunia dengan produksi mencapai 18,3 juta ton tahun 2020.
Produksi singkong tersebar di 13 provinsi dengan lima provinsi terbesar yakni Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Yogyakarta. Dengan semakin banyaknya produksi singkong, produksi tepung tapioka pun meningkat. Ternyata, hal ini memengaruhi pula kemunculan berbagai tren baru kuliner berbasis aci.***