- Home
- Kulineran
Kenapa Pizza Dikenal Sebagai Comfort Food? Ini Penjelasan Pakar Kuliner
Dalam satu gigitan, semua rasa lelah dan kekhawatiran seolah mencair. Inilah kekuatan pizza —makanan yang tak hanya mengenyangkan, tapi juga menenangkan.

SOEAT - Hujan turun perlahan, playlist favorit mengalun lembut, dan kita duduk di sofa dengan sepotong pizza hangat di tangan. Keju meleleh, saus tomat yang kaya rasa, dan pinggiran renyah yang menggoda.
Dalam satu gigitan, semua rasa lelah dan kekhawatiran seolah mencair. Inilah kekuatan pizza —makanan yang tak hanya mengenyangkan, tapi juga menenangkan.
Tak heran, pizza sering disebut sebagai comfort food sejati. Tapi, apa sebenarnya yang membuat pizza begitu menenangkan? Apakah hanya soal rasa, atau ada alasan psikologis dan budaya di baliknya?
Kombinasi Rasa dan Tekstur yang Memicu Kenyamanan
Menurut food psychologist Susan Albers, Psy.D., comfort food adalah makanan yang memicu rasa nostalgia, aman, dan bahagia karena berkaitan dengan pengalaman emosional masa lalu. Pizza memenuhi semua kriteria itu.
Rasa gurih dari keju dan saus tomat merangsang pelepasan dopamin. Ini adalah hormon yang membuat kita merasa senang dan puas.
Tekstur renyah di pinggir dan lembut di tengah memberikan sensasi mulut yang memuaskan. Kemudian aroma panggangan dan rempah membangkitkan kenangan akan rumah, keluarga, atau momen santai.
Dalam wawancara dengan The Atlantic, pakar kuliner dan penulis buku The Language of Food, Dan Jurafsky, menyebut bahwa makanan seperti pizza mengaktifkan memori emosional yang kuat, karena kita sering mengaitkannya dengan momen sosial yang menyenangkan.
Sejarah Pizza: Dari Makanan Rakyat ke Ikon Global
Pizza lahir dari kesederhanaan. Di Naples, Italia, pizza awalnya adalah makanan rakyat miskin —roti pipih dengan topping sederhana seperti bawang putih dan minyak zaitun.
Dilansir dari detikFood, pada abad ke-16, pizza dikenal sebagai makanan khusus orang miskin di Naples karena murah, mudah dibuat, dan mengenyangkan. Namun, segalanya berubah ketika Ratu Margherita mencicipi pizza pada 1889.
Sejak saat itu, pizza naik kelas dan menyebar ke seluruh dunia. Di Amerika, ia menjadi makanan keluarga dan pesta.
Di Indonesia, pizza menjelma menjadi makanan sehari-hari, dari restoran mewah hingga pizza teflon rumahan. Evolusi ini membuat pizza terasa akrab di berbagai budaya, dan keakraban adalah kunci dari comfort food.
Fleksibel, Personal, dan Bisa Dibagi
Salah satu alasan pizza begitu dicintai adalah fleksibilitasnya. Pizza dimakan sendiri atau dibagi bersama teman dan keluarga.
Pizza juga bisa dikustomisasi sesuai selera. Mau vegetarian, daging, seafood, bahkan topping lokal seperti rendang atau sambal matah, bisa menjadi topping yang pas untuk dibubuhi di atas adonan pizza.
Lebih dari itu, pizza bisa dinikmati dalam berbagai suasana. Baik pesta, nonton film, atau makan malam santai.
Kesederhanaan dan fleksibilitas itulah yang membuat pizza mudah diterima di berbagai budaya dan menjadi ikon global.
Kata Pakar: Pizza Adalah Makanan yang “Mengerti” Kita
Chef Italia Massimo Bottura pernah berkata dalam wawancara dengan Fine Dining Lovers, pizza adalah makanan yang tidak menghakimi. "Ia bisa mewah, bisa sederhana, tapi selalu terasa familiar,” ujarnya.
Pernyataan ini menggambarkan bagaimana pizza mampu menyesuaikan diri dengan siapa pun yang menyantapnya. Tanpa pretensi, tanpa tekanan.***