- Home
- Kulineran
Macaroni dalam Masakan Indonesia: dari Macaroni Schotel hingga Goreng Pedas Kekinian
Setelah sempat menjadi simbol kemewahan kolonial, kini macaroni menjelma sebagai camilan kekinian yang dijual di pinggir jalan dengan rasa balado level 30.

SOEAT - Di tengah aroma bawang putih yang ditumis dan suara loyang yang berderak di dalam oven, sebuah hidangan klasik muncul dari dapur rumah Indonesia: macaroni schotel. Hangat, lembut, dan penuh rasa.
Tapi siapa sangka, pasta mungil berbentuk siku ini dulunya adalah simbol kemewahan kolonial. Kini, ia menjelma menjadi camilan kekinian yang dijual di pinggir jalan dengan rasa balado level 30?
Jejak sejarah menyebutkan, macaroni telah menempuh perjalanan panjang dari Eropa ke Indonesia, dari meja makan bangsawan Belanda hingga menjadi favorit anak kos. Macaroni bukan hanya pasta impor, namun juga bukti bahwa kuliner bisa beradaptasi, bertransformasi, dan tetap relevan di setiap generasi.
Jejak Sejarah: Dari Kolonial Belanda ke Dapur Pribumi
Macaroni pertama kali masuk ke Indonesia pada masa kolonial Belanda, sekitar pertengahan abad ke-19. Orang Belanda membawa serta kebiasaan membuat macaroni casserole, hidangan panggang berbahan dasar pasta, susu, telur, dan daging.
Di Indonesia, hidangan ini kemudian dikenal sebagai macaroni schotel, mengambil nama dari kata Belanda schotel yang berarti “pinggan” atau “wadah panggang”. Awalnya, macaroni schotel hanya dibuat oleh ibu rumah tangga Belanda karena bahan-bahannya yakni keju, susu, dan macaroni, terbilang mahal dan tidak umum di kalangan pribumi.
Namun seiring waktu, masyarakat Indonesia mulai mengadaptasi resep ini dengan bahan lokal. Dalam perjalanannya, masyarakat Indonesia menjadikannya bagian dari tradisi kuliner keluarga.
Macaroni Schotel: Elegan, Nostalgik, dan Penuh Gizi
Macaroni schotel adalah perpaduan antara teknik memasak Eropa dan cita rasa lokal. Biasanya dibuat dengan macaroni rebus, daging asap atau kornet, telur, susu, keju, dan rempah seperti pala dan lada.
Semua bahan dicampur, dimasukkan ke dalam loyang, lalu dipanggang hingga keemasan. Hidangan ini sering hadir dalam acara keluarga, arisan, atau sebagai bekal anak sekolah.
Teksturnya yang lembut dan rasanya yang creamy menjadikannya comfort food yang tak lekang oleh waktu. Hingga kini pun, resep ini tetap menjadi favorit banyak orang.
Macaroni Goreng Pedas: Camilan Kekinian yang Bikin Nagih
Jika macaroni schotel adalah sisi klasik dan elegan dari pasta, maka macaroni goreng pedas adalah versi rebel-nya. Pedas, renyah, dan penuh kejutan.
Camilan ini populer di kalangan anak muda dan sering dijual dalam kemasan kecil dengan berbagai level kepedasan.
Cara membuatnya cukup sederhana. Macaroni direbus hingga setengah matang, lalu ditiriskan dan dikeringkan.
Setelah itu digoreng hingga renyah dan dibumbui dengan bubuk cabai, garam, dan penyedap rasa. Beberapa versi menambahkan daun jeruk, bawang putih bubuk, atau bumbu balado untuk sensasi ekstra.
Macaroni goreng pedas bukan hanya camilan, tapi juga simbol kreativitas kuliner anak muda Indonesia yang mampu mengubah bahan sederhana menjadi tren viral.
Evolusi dan Inovasi: Macaroni dalam Ragam Masakan Indonesia
Kini, macaroni tak lagi terbatas pada dua bentuk itu saja. Ia telah menjelma dalam berbagai kreasi, seperti macaroni goreng basah ala mi goreng dengan saus tomat, kecap manis, dan cabai, atau macaroni kuah pedas ala seblak, dengan kencur dan kerupuk.
Ada juga macaroni isi yang dibalut tepung dan digoreng seperti kroket. Bahkan ada juga macaroni bakar sambal matah yang memadukan rasa Bali dan Italia dalam satu gigitan.
Ada berbagai alasan mengapa macaroni begitu cocok untuk diadaptasi menjadi masakan Indonesia. Salah satunya, karena teksturnya yang fleksibel. Bisa lembut, kenyal, atau renyah tergantung cara masaknya.
Macaroni juga netral rasa. Ia mudah menyerap bumbu lokal seperti sambal, kecap, atau rempah-rempah.
Alasan lainnya yaitu mudah didapat dan murah. Bahkan, kini tersedia di hampir semua toko bahan makanan. Macaroni juga begitu multifungsi, bisa jadi lauk, camilan, atau makanan utama.***