- Home
- Kulineran
Pizza vs Calzone: Apa Perbedaan dan Kelebihannya?
Pizza mengajak kita untuk berbagi, menikmati setiap topping yang terlihat. Calzone mengajak kita untuk mengeksplorasi, membuka kejutan rasa yang tersembunyi.

SOEAT -Pizza dan calzone lahir dari tradisi kuliner Italia yang sama, namun berkembang menjadi dua pengalaman makan yang sangat berbeda.
Pizza adalah panggung terbuka —semua topping tampil percaya diri di atas permukaan, sedangkan calzone sebaliknya. Ia adalah kejutan yang dibungkus rapi —seperti hadiah yang harus dibuka untuk menemukan kelezatannya.
Yuk, mari kita selami lebih dalam perbedaan, kelebihan, dan keunikan dari dua ikon kuliner ini. Karena terkadang, memahami makanan bukan hanya soal rasa, tapi juga soal cerita di baliknya.
Asal Usul: Dari Jalanan Napoli ke Seluruh Dunia
Pizza berasal dari abad ke-18 di Napoli sebagai makanan rakyat. Awalnya hanya roti pipih dengan tomat dan keju, pizza berkembang menjadi simbol global dari comfort food.
Gaya Neapolitan, Margherita, hingga deep-dish Chicago, semuanya berakar dari konsep sederhana ini. Sementara itu, calzone juga berasal dari Napoli, namun muncul sebagai solusi praktis: makanan yang bisa dibawa dan dimakan tanpa alat makan.
Nama “calzone” berarti “celana panjang” dalam bahasa Italia, menggambarkan bentuknya yang bisa dibawa seperti kantong. Secara singkat, calzone adalah pizza lipat berbentuk pastel yang diisi dengan berbagai macam bahan yang lezat. Isian calzone bisa sangat beragam, mulai dari yang klasik seperti keju dan daging, hingga yang lebih unik seperti sayuran dan rempah-rempah.
Isi dan Rasa: Panggung Terbuka vs Kejutan Tersembunyi
Pizza biasanya menggunakan saus tomat, keju mozzarella, dan topping seperti pepperoni, jamur, atau paprika. Karena terbuka, topping harus seimbang agar tidak membuat adonan lembek. Setiap gigitan memberikan kombinasi rasa yang langsung terasa di lidah.
Calzone, di sisi lain, adalah dunia rasa yang tersembunyi. Karena tertutup, isian bisa lebih beragam dan berlimpah —dari saus marinara, keju ricotta, daging asap, hingga sayuran panggang.
Meski demikian, isian yang digunakan tetaplah sama dengan pizza, sehingga rasanya tidak jauh berbeda. Hanya saja, calzone biasanya disajikan dengan tambahan saus tomat di atasnya atau di sampingnya.
Selain itu, teksturnya juga sangat berbeda. Tekstur pada pizza pada umumnya akan memiliki perpaduan rasa garing dan empuk.
Sedangkan pada calzone, tektur menjadi cukup garing karena adonan roti menyelimuti seluruh bagian pizza. Saat dipanggang, uap dari isian menciptakan rasa yang lebih menyatu dan tekstur yang lembut di dalam.
Teknik Memasak: Dua Jalur Menuju Kelezatan
Pizza dipanggang di suhu tinggi (250–300°C). Hal itu agar bagian bawah renyah dan topping matang sempurna.
Beberapa versi modern bahkan menggunakan oven kayu untuk aroma smokey yang khas. Sementara itu, calzone juga dimasak dengan cara dipanggang, namun karena tertutup, bagian dalamnya matang dengan cara dikukus dari uap isiannya.
Hasilnya adalah tekstur adonan yang lebih empuk dan rasa yang lebih dalam.
Variasi Global: Dari Italia ke Dunia
Dalam perkembangannya, pizza telah melahirkan banyak gaya. Mulai dari New York-style yang tipis dan lebar, Chicago deep-dish yang tebal dan berlapis, hingga pizza Jepang dengan topping seperti jagung dan mayo.
Sementara itu, calzone juga punya versi internasional. Sebut saja stromboli di Amerika (mirip calzone tapi digulung), empanada di Amerika Latin, hingga panzerotti di Italia selatan yang digoreng, bukan dipanggang.***